SILAHKAN DIBACA INSYA BERMANFAAT


[TAHLIL~1.JPG]
AYO MENIKAH!!!

Majelis Keluarga Islami menghimbau, wahai para Akhwat yang belum nikah, yang
semoga Allah merahmati, persiapkan diri kalian. Bukan menunggu siap, untuk
segera menikah. Jika Allah sudah mendatangkan seorang ikhwan yg baik agamanya
kepadamu, jangan tunda apalagi menolak. LIHAT DGN MATA HATI, begitu banyak
Ikhwan yang sudah siap. Jangan banyak kriteria, jangan persulit diri dan jangan
pernah putus asa dari ikhtiar.

Wahai para Ikhwan yang belum nikah, yang semoga Allah merahmati, jangan terlalu
lama merasa nyaman hidup sendiri. Ayo persiapkan diri kalian untuk segera
menikah. Jangan banyak kriteria, jangan persulit diri, jangan pernah putus asa
dari ikhtiar. Lihat dengan MATA HATI, begitu banyak akhwat yang sudah siap.

Sahabat yg masih single, mau nikah? Jangan kebanyakan kriteria, kebanyakan
tanya, kebanyakan mikir, kebanyakan pertimbangan, kebanyakan rencana, kebanyakan
keinginan. Karena yang namanya kebanyakan, lebih banyak mudharatnya daripada
kebaikannya.

Merokok identik dengan kejantanan??? SALAH BESAR!!! BIG MISTAKE!!! Duhai Ikhwan,
buktikan kejantananmu dengan MENIKAH. Kemudian berani mempertanggungjawabkan
pernikahan tersebut di hadapan ALLAH, di akhirat kelak. ITU BARU JANTAN!!!

Ngumpulin dana buat nikah? Jelas boleh. Tapi kalau niatnya nunggu kaya baru
nikah? Ini masalah. Karena yang sering terjadi, udah nggak nikah-nikah, juga
nggak kaya-kaya. Wathaww!!! Duhai Ikhwan, yakinlah dengan PERTOLONGAN ALLAH,
SANG MAHA PEMBERI REZEKI. Allah pasti menepati janji-Nya. Asal ikhtiar sesuai
dengan yang dicontohkan Rasul-Nya.

Para Akhwat yg memiliki pendidikan tinggi, dan masih muda ingin berkarir? Boleh
saja. Yang jadi masalah, karena sibuk berkarir, hingga tanpa sadar usia sudah di
atas 30 tahun. Unfortunately, setelah karir mantap, merasa bisa mandiri dan
nyaman hidup sendiri, tekad menikahpun menurun atau akhirnya pasrah tanpa
ikhtiar. Hati-hati!!! Karena itu para Akhwat, menikahlah selagi muda, dan tetap
semangat nikah bagi yang usianya sudah sangat matang.

Ayo Ikhwan dan Akhwat yang semoga Allah merahmati, PERSIAPKAN DIRI kalian untuk
segera menikah. Jangan MENUNGGU SIAP, karena kenyataannya, tidak pernah merasa
siap. AYO MENIKAH!!!







Saat untuk Meraih Puncak Prestasi


Dalam perjalanan sejarah kaum Muslim, kita disajikan dengan beragam
fenomena besar yang menunjukkan puncak kinerja dan produktivitas umat.
Semua lintasan sejarah tersebut membuktikan bahwa betapa tingginya
produktivitas kaum Muslim.

Menariknya, peristiwa-peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan.
Bulan yang sering dianggap sebagai bulan kelesuan fisik karena tak
cukup terpenuhinya kebutuhannya pada siang hari. Perang Badar Al-Kubra
(2 H), Fathu Makkah (8 H), Perang Tabuk (9 H), Penaklukan Spanyol di
bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair (92 H), Perang
Ain Jaluth (657 H), atau-dalam konteks negara-peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan RI (1945 M).

Fenomena di atas membuktikan bahwa tak selamanya energi dan
produktivitas seseorang berjalan linier dengan konsumsi jasmani.
Justru-menurut para ahli-makan, minum, dan berhubungan seks berlebihan
tanpa aturan dan disiplin adalah kontraproduktif. Alih-alih menjadikan
seseorang semakin berprestasi dalam menunaikan pekerjaannya, malah
mengakibatkan turunnya tingkat produktivitas.

Itulah sebabnya adalah tidak tepat menjustifikasi bulan Ramadhan
sebagai penyebab turunnya tingkat produktivitas meski dalam praktik
kemasyarakatan hal tersebut menjadi fenomena. Lihat saja di dunia
pendidikan. Libur menjelang dan akhir Ramadhan. Belum lagi jam
belajar-mengajar yang berkurang. Di dunia kerja pun demikian. Di
banyak perusahaan, jam kerja mengalami diskon.

Dalam satu kesempatan, Syekh Abdul Fattah Allam, wakil syekh agung
Al-Azhar, mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara Ramadhan dan
urusan dunia modern. "Ketika Islam memerintahkan ibadah ini, (ibadah)
tersebut untuk mendorong kami bekerja dan lebih maju serta tidak
pernah dimaksudkan untuk menurunkan produktivitas," katanya.

Sejatinya, turunnya produktivitas lebih disebabkan terjadinya
pelemahan atau kekalahan mental (inhizamur ruh). Kondisi inilah yang
sangat berkontribusi pada tingkat apatisme, loyo, dan jumud dalam
beraktivitas. Ramadhan merupakan bulan ketika mental setiap Muslim
dibangun dan ditata sehingga mencapai derajat terbaik, takwa.

Lebih dari itu, Ramadhan justru bulan yang dinanti-nantikan untuk
memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap umat. Bagi yang
memahami esensi dan urgensi Ramadhan, justru di sinilah semangat
fastabiq al-khairat semakin ditumbuhsuburkan. Karena, sangat jelas
Rasulullah SAW menyatakan, "Setiap amal anak keturunan Adam
dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga
tujuh ratus lipat gandanya." (HR Bukhari-Muslim).

Bahkan, amalan-amalan sunah yang dikerjakan pada Ramadhan pahalanya
dianggap sama dengan mengerjakan amalan wajib (HR Bahaiqi dan Ibnu
Khuzaimah). Wallahu A'lam.








Berkurangnya Harapan Ketika Gagal



Orang yang membangga-banggakan jerih payah dan per�buatannya, ketika gagal
akan berkurang harapannya ter�hadap rahmat Allah.



Jika dirimu mempunyai anggapan bahwa segala sesuatunya yang telah engkau
petik di dunia ini atas jerih payahmu sendiri, maka berarti engkau
membanggakan diri terhadap kemampuan�mu. Engkau akan menemui penyesalan
ketika kelak gagal. Eng�kau akan menyesal manakala mendapati hasil yang
tidak sesuai dengan harapan.



Manusia seringkali lupa bahwa di balik daya upaya dirinya itu ada kekuatan
yang Maha Kuat. Kekuatan Yang Berkuasa dan menentukan harapan-harapannya.



Jika mata hatimu jernih, maka engkau akan melihat bahwa asal penyebab di
balik jerih payahmu dan hasil yang kaudapatkan hanyalah dari Allah semata.



Keyakinan ini haraslah ditanamkan di dalam hati, agar eng�kau tidak menyesal
manakala ikut bermain dalam kehidupan ini kemudian terantuk batu sandungan;
gagal! Begitu juga jika eng�kau berhasil dalam mencapai harapan, maka engkau
tak akan kufur nikmat.



Kebanyakan di antara manusia lupa. diri. Mereka menga�nggap semua harapan
itu dapat diraih dengan kekuatan usahanya sendiri. Karenanya jika ia telah
dapat mencapai kenikmatan hidup, akhirnya jadi berbangga diri. Mereka
mengingkari nikmat yang dirasakan. Mereka lupa bahwa yang menentukan hasil
akhir dari jerih payahnya adalah Tuhan. Tanpa campur tangan kekua�saanNya,
tak mungkin dapat mencapai kenikmatan itu.



Ingatlah, jika engkau lupa bahwa takdir Allah itu sangat mempengaruhi jerih
payahmu, maka engkau pasti kecewa ketika menemui kegagalan.



Tetapi jika dirimu sadar terhadap adanya penyebab kegagalan di balik usaha,
maka kegagalan hanya engkau pandang sebagai peringatan guna memperkuat
kesadaran dalam berkehendak. Orang yang mengaku salik, tentu menyandarkan
harapannya kepada Yang Mengabulkan cita-cita.


[T6.JPG]


mengapai kasih sayang ALLAH


Betapa indah dan mulianya hidup kita bila memiliki hati yang tidak punya ruang
untuk membenci dan menyakiti orang lain. Yang ada hanya ruang senyuman dan
cinta kasih yang tidak pernah kering, senantiasa berlimpah mengalir untuk
sesama. Senyuman dan cinta kasih menyegarkan jiwa siapapun yang
mendapatkannya. Alangkah indahnya hidup ini bila kita menjadi sumber mata air
yang melimpahkan senyuman dan cinta kasih.

Setiap orang selalu ingin tampil cantik atau tampan. Sesederhana apapun kita
selalu berusaha tampil indah mempesona, sedap dipandang mata. Namun kecantikan
dan ketampanan tidaklah kekal dan abadi. Seiring waktu tubuh kita melemah dan
tidak menawan lagi. Hanya kecantikan batinlah yang bisa menjadi abadi. Itulah
kecantikan hati.

Kecantikan Hati bisa menjadi milik siapapun. Tidak peduli semenarik apapun
dirinya dan sesederhana apapun penampilannya. Bila ada orang yang memiliki hati
yang indah akan memancarkan pada wajah, perilaku dan tutur katanya, banyak
sekali teman-teman yang datang untuk menghampiri dirinya, sekedar untuk singgah
dan mendapatkan kesejukan jiwa. Semua menjadi terasa indah dipandang karena
kekuatan keindahannya ada di dalam diri yang memancar keluar. Pancaran
keindahan hati yang banyak dicari karena bersumber dari Kasih Sayang Allah.

Apabila bibir kita tersenyum, mampukah hati kita juga tersenyum? Disaat tangan
memberi, apakah hati kita dengan tulus untuk berbagi? Jadikanlah hati kita
memancarkan keindahan yang melimpahkan senyuman dan kasih sayang bagi sesama,
sebab hanya dengan melimpahnya kasih sayang bagi sesama kita bisa menggapai
kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala.








Amirul Mukminin Itu Tidur Di Masjid



Panglima perang yang memimpin penyerangan ke Persia, Utbah bin Ghazwan,
menerima surat perintah Amirul Mukminin, Khilafah Umar bin Khatthab, meminta
agar mengirim sepuluh orang prajurit utama dari pasukannya yang telah
berjasa dalam perang. Perintah itupun segera dilaksanakan oleh Utbah. Beliau
mengirim sepuluh orang prajuritnya yang terbaik kepada Amirul Mukminin di
Madinah, termasuk Ahnaf bin Qais. Berangkatlah mereka ke Madinah menemui
Amirul Mukminin Umar ibn Khatthab.



Ketika mereka tiba di Madinah langsung disambut oleh Amirul Mukminin dan
dipersilahkan duduk di majelisnya. Amirul Mukminin Umar Ibn Khatthab
menanyakannya dan kebutuhan rakyat semuanya. Mereka berkata : ?Tentang
kebutuhan rakyat secara umum Amirul Mukminin lebih tahu, karena Amirul
Mukminin adalah pemimpinnya. Maka kami hanya berbicara atas nama pribadi
kami sendiri?, ucap diantara prajurit yang hadir di majelis itu.



Saat itu, Ahnaf bin Qais mendapatkan kesempatan terakhir berbicara, karena
ia terhitung yang paling muda, diantara para prajurit yang ada. Kemudian,
Qais berkata : ?Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya tentara kaum muslimin
yang dikirim ke Mesir, mereka tinggal di daerah yang subur menghijau dan
tempat yagn mewah peninggalan Fir?aun", ucap Ahnaf.



"Sedangkan pasukan yang dikirim ke negeri Syam, mereka tinggal di tempat
yang nyaman, bnayak buah-buahan dan taman-taman layaknya istana. Sedangkan
pasukan yang dikirim ke Persia, mereka tinggal di sekitar sungai yang
melimpah air tawarnya, juga taman-taman buah-buah peninggalan para kaisar?,
ujar Ahnaf.



Namun kami dikirim ke Bashrah, mereka tinggal di tempat yang kering dan
tandus, tidak subur tanahnya dan tidak pula menumbuhkan buah-buahan. Salah
satu tepinya laut yang asin, tepi yang satunya hanyalah hamparan yang
tandus. Maka perhatikanlah kesusahan mereka wahai Amirul Mukminin.
Perbaikilah kehidupan mereka perintahkan gubernur Anda di Bashrah untuk
membuat aliran sungai agar memiliki air tawar yang dapat menghidupi ternak
dan pepohonan. Perhatikanlah mereka dan keluarganya, ringankanlah
penderitaan mereka, karena mereka menjadikan hal itu sebagai sarana untuk
berjihad fi sabilillah?, tambah Ahnaf.



Umar merasa sangat takjub mendengar uraian Ahnaf, kemudian bertanya kepada
utusan yang lain. ?Mengapa kalian tidak melakukan seperti yang dia lakukan?,
tanya Umar. ?Sungguh dia (Ahnaf) adalah seorang pemimpin?, ujar seorang
diantara prajurit itu.

Kemudian Umar mempersiapkan perbekalan mereka dan menyiapkan perbekalan
untuk Ahnaf. Namun, Ahnaf berkata: ?Demi Allah wahai Amirul Mukminin,
tiadalah kami jauh-jauh menemui Anda dan memukul perut onta selama
berhari-hari demi mendapatkan perbakalan. Saya tidak memiliki keperluan
selain keperluan kaumku seperti yang telah saya katakan kepada Anda. Jika
Anda mengabulkannya, itu sudah cukup bagi Anda?, tegas Ahnaf. Rasa takjub
Umar semakin bertambah, lalu Umar berkata : ?Pemuda ini adalah pemimpin
penduduk Bashrah?, tegas Umar.



Usai mejalis itu dan para utusan meninggalkannya, dan pergi ke tempat
menginap yang sudah disediakannya. Umar melayagkan pandangannya ke
barang-barang mereka. Dari salah satu bungkusan tersembul sepotong pakaian.
Umar menyentuhnya sambil bertanya : ?Miliki siapa ini??.



Ahnaf menjawab : ?Milik saya Amirul Mukminin?, jawabnya. Kemudian Umar
bertanya : ?Berapa harganya baju ini tatkala kamu membelinya??. Ahnaf
berkata : ?Delapan dirham?, sahutnya. Ahnaf tidak pernah berbohong, kecuali
kali ini, yang sesungguhnya baju itu dia beli dengan harga 12 dirham.



Umar menatapnya dengan penuh kasih sayang. Dengan halus dia berkata : ?Saya
rasa untukmu cukup satu potong saja, kelebihan harta yang kau miliki
hendaknya kamu pakai untuk membantu muslim lainnya?. Selanjutnya, Umar
berkata kepada para prajurit pilihan itu, yang hendak kembali ke Bashrah :
?Ambillah bagi kalian yang diperlukan dan gunakan kelebihan harta kalian
pada tempatnya, agar ringan beban kalian dan banyak mendapatkan pahala?,
Ahnaf tertunduk malu mendengarkan nasihat Amirul Mukminin itu.



Perjumpaan Ahnaf dengan Umar berlangsung satu tahun. Umar merasa bahwa Ahnaf
adalah kader yang memiliki kepribadian yang mulia setelah mengujinya.
Kemudian Amirul Mukminin mengutus Ahnaf untuk memimpin pasukan ke Persia.
Umar berpesan kepada panglimanya, Abu Musa al-Asy?ari : ?Untuk selanjutnya
ikutkanlah Ahnaf sebagai pendamping, ajak dia bermusyawarah dalam segala
urusan dan perhatikanlah usulannya?, ujar Umar.



Ahnaf memang masih sangat belia. Tetapi, Ahnaf salah seorang tokoh dari Bani
Tamim yang sangat dimuliakan kaumnya. Kaum Bani Tamim sangat berjasa dalam
menaklukkan musuh, dan mempunyai prestasi yang cemerlang dalam berbagai
peperangan. Termasuk dalam peperangan besar menaklukan kota Tustur dan
menawan pemimpin mereka, yaitu Hurmuzan.



Humurzan adalah pemimpin Persia paling berani dan kuat serta keras. Hurmuzan
juga ahli dalam strategi perang, dan berkali ?kali menghkhianati kaum
muslimin.



Tatkala dalam posisi terdesak di salah satu bentengnya yang kokoh di Tustur,
dia masih bisa bersikap sombong. ?Aku punya seratus batang panah. Dan demi
Allah, kalian tidak mampu menangkapku sebelum habis panah-panah ini?,
ujarnya. Kemudian pasukan Islam bertanya kepadanya : ?Apa yang engkau
kehendaki??. ?Aku mau diadili dibawah hukum Umar bin Khatthab. Hanya dia
yang boleh menghukumku?, ucap Hurmuzan. Pasukan Islam itu menjawab :
?Baiklah. Kami setuju?. Lalu, Humurzan meletakkan panahnya ke tanah, sebagai
tanda menyerah.



Pasukan Islam yang dipimpin panglima Anas bin Malik dan Ahnaf itu, membawa
Humurzan ke Madinah, dan menghadap Amirul Mukminin. Setibanya dipinggiran
kota Madinah, mereka menyuruh Humurzan menggunakan pakaian kebesarannya,
yang terbuat dari sutera mahal bertabur emas permata dan berlian. Di
kepalanya bersemanyam mahkota yang penuh dengan intan berlian yang sangat
mahal.



Humurzan langsung dibawa ke rumah Amirul Mukminin Umar bin Khatthab, tetapi
beliau tidak ada di rumah. Seseorang berkata, beliau pergi ke masjid.
Rombongan itu pergi ke masjid, namun tak terlihat ada didalam masjid. Saat
rombongan mondar-mandir mencari Amirul Mukminin, salah seorang penduduk
berkata: ?Anda mencari Amirul Mukminin?? ?Benar, di mana Amirul Mukminin??,
ujarnya mereka. Lalu, seorang anak diantara penduduk itu, menyahut: ?Beliau
tertidur di samping kanan masjid dengan berbantalkan surbannya?.



Rombongan itu mendapatkan Amirul Mukminin sedang lelap disamping masjid.
Tanpa mendapatkan penjagaan. Memang Umar sangat terkenal kezuhudan dan
kesederhanaannya. Tetapi, sesungguhnya lelaki yang zuhud dan sederhana ini
telah menaklukan Romawi dan raja-raja lain, dan tidur tanpa bantal dan tanpa
pengawal.



Kemudian, Humurzan melihat isyarat dari ?Ahnaf, dan bertanya : ?Siapakah
orang yang tidur itu??, tanya Hurmuzan. ?Dia Amirul Mukminin Umar bin
Khatthab?, jawab Mughirah. Betapa terkejutnya Humurzan, lalu dia berkata :
?Umar? Lalu, di mana pengawalnya atau penjaga??, tambah Hurmuzan. ?Beliau
tidak memiliki pengawal?, tambah Mughirah. ?Kalau begitu, pasti dia nabi?,
tambah Hurmuzan. ?Tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa
sallam?, tegas Mughirah.



Saat Umar terbangun, dan melihat Hurmuzan, dan berkata : ?Aku tak sudi
berbicara dengannya sebelum kalian melepas pakian kemegahan dan kesombongan
itu?, tegas Umar. Mereka melucuti kemewahan pakaian Hurmuzan, kemudian
memberikan gamis untuk menutup auratnya. Sesudah itu Umar menjumpainya, dan
berkata : ?Bagaimana akibat pengkhianatan dan ingkar janjimu itu??



Dengan menunduk lesu, Hurmuzan serta penuh dengan kehinaan ia berkata :
?Wahai Umar, pada masa jahiliyah, ketika antara kalian dengan kami tidak ada
Rabb, kami selalu menang atas kalian. Tapi begitu kalian memeluk Islam,
Allah menyertai kalian, sehingga kami kalah. Kalian menang atas kami memang,
karena hal itu, tetapi juga karena kalian bersatu, sedangkan kami bercerai
berai?, ungkap Hurmuzan.



Penguasa yang sudah kalah dan menyerah itu, merasakan kasih dalam Islam, dan
akhirnya mengucapkan dua kalimah syahadah, dan masuk Islam. Inilah kebesaran
Islam, yang telah diteladai para pemimpinnya, dan menjalankan Islam dengan
sungguhnya. Tidak sedikitpun mereka berkhianat terhadap Islam, sampai
akhirnya musuhpun memeluk Islam, karena merasa mendapatkan kemuliaan dalam
Islam. *Wallahu?alam.*







Rahasia Nikmatnya Hidup

Bila hidup ini tidak ada tantangan, tentu tidak akan menarik.
Terlebih dahulu di-cast dengan ilmu, lalu kita amalkan dalam kehidupan,
seperti bertarung dalam kehidupan nyata ini. Tapi kita harus
benar-benar bisa mengukur diri kita. Misalnya, ketika terjadi pertemuan
dengan kalangan tertentu, ternyata membuat keimanan kita turun, berarti
pertemuannya tidak bagus untuk kita. Berarti iman kita belum cukup
untuk bisa menandingi pengaruh negatif dari lingkungan itu. Maka untuk
sementara waktu kita perlu berhijrah dari lingkungan tersebut, dalam
rangka menguatkan diri. Sehingga pada waktunya, kita sudah siap untuk
terjun ke kehidupan sesungguhnya, namun kita sudah berbekal dengan
kemampuan yang lebih baik. Kita harus mendakwahi mereka, ketika kita
sudah yakin dengan kekuatan diri kita. Di-cast bisa juga dengan cara
berkumpul dengan orang-orang shaleh. Diamnya saja akan berpengaruh
terhadap keyakinan kita.

Yang paling membuat hidup kita tidak nyaman adalah kebingungan,
ragu-ragu, dan ketidakjelasan, karena setiap yang meragukan membuat
hidup kita tidak jelas. Dalam menjalani hidup ini, apabila belum
mengenal peta hidup dengan jelas, maka menyebabkan hidup menjadi
gamang, ragu, dan sangat melelahkan.

Dalam menjalani hiduup ini, harus jelas tujuannya dan bagaimana
dalam melangkahnya, siapa Tuhan kita, siapa kita, apa yang bahaya, dan
apa yang menyelamatkan, akan ke mana kita, dan sebagainya. Kalau sudah
semuanya jelas, maka akan mantap dan tidak akan bingung dalam menjalani
hidup.

Manusia diciptakan dan diurus oleh Allah SWT. Tugas kita di dunia
ini adalah menjadi hamba Allah. Mematuhi apa yang diperintahkan Allah
dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Perkara rejeki adalah mutlak
dalam genggaman Allah. Kalau kita patuh kepada Allah dan yakin dengan
kekuasaan Allah, Sang Pemberi rejeki pasti akan menjamin segala
kebutuhan rejekinya.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS At-Thalaq : 2-3

Kita bekerja bukan hanya untuk mencari uang, tapi merupakan amal
shaleh dalam menjemput rejeki atau nafkah kita. Yang dicari keberkahan
dan ridho Allah SWT. Orang yang mencari ridho Allah tidak akan ragu
kepada Allah SWT sebagai pembagi rejeki, pasti kita akan bertemu dengan
rejek kita, sehingga tidak akan mau berbuat haram. Kalau seseorang
tidak mencari ridho Allah, maka ia bisa menghalalkan berbagai cara.

Dengan demikian, berbeda antara orang yang bekerja hanya untuk
mencari uang, dengan orang yang bekerja untuk mencari ridho-Nya. Orang
yang mencari ridho Allah, sama sekali tidak ada keraguan, yakin pasti
bertemu dengan rejekinya. Sepanjang sesuai dengan perintah Allah, tidak
perlu menghiba-hiba kepada manusia, karena manusia tidak dapat
mendatangkan apa pun, tanpa ijin Pemilik Semesta Alam.


Kita bergaul dengan manusia, bukan untuk menuhankan, dan memelas
kepada manusia. Kita bergaul dengan manusia karena Allah menyuruh kita
bergaul dengan manusia dengan baik. Kita berbuat baik bukan untuk ingin
dihargai. Orang menghargai, dan mengakui kebaikan kita atau tidak,
bukan urusan kita. Urusan kita adalah bergaul dengan manusia dengan
baik sesuai perintah-Nya. Tidak boeh takut kepada manusia. Diri kita
milik Allah, tak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa ijin pemilik-Nya.
Tidak akan pernah mati, kecuali Allah yang mematikan.

Manusia bukan pemberi rejeki, manusia hanya makhluk sebagai jalan
dari ketentuan Allah. Tugas kita jelas, menjemput rejeki kita dengan
cara yang halal. Semua anak-anak kita ada rejekinya. Tugas orang tua
mengantar anaknya mengenal siapa penciptanya, Lukmanul Hakim menjadi
contoh bagaimana seorang hamba Allah, yang tidak menuhankan selain
Allah. Beliau mendidik anak untuk mengenal-Nya, dengan itu akan
berjumpa dengan rejekinya yang berkah. Dan akan berjumpa dengan rejeki
dan takdir terbaik dalam kehidupannya. Setelah kita mati, warisan
terbesar kita kepada anak-anak kita adalah keyakinan dan istiqamah taat
kepada Allah.

Dunia ini hanya tempat mampir sebentar. Semua kita akan tinggalkan.
Dunia tidak ada-apa nya. Dunia bukan untuk memperbudak kita, tapi dunia
diciptakan untuk menjadi pelayan kita. Harta, pangkat, gelar, tidak ada
apa-apanya. Orang-orang zalim dan ingkar diberi oleh Allah dunia ini.
Kemuliaan bukan dengan pencapaian duniawi, tanda kemuliaan bukan dengan
berharta atau berpangkat, melainkan dengan takwa.

Takwa itu tandanya hatinya yakin, patuh kepada Allah, lahir batin.
Ridho dengan semua takdir yang telah ditetapkan Allah. Allah tidak
pernah zalim dalam menentukan takdir kita. Jelas hidup ini hanya mampir
sebentar di dunia dan dunia tidak dibawa ke alam kubur.
Siti hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim yang merupakan perintah
Allah, ia pun mengikutinya. Lalu tatkala membutuhkan rejeki air untuk
diri dan anaknya, beliau pun berlari-lari mencari air ke bukit shafa
dan marwah. Namun airnya tidak muncul di bukit tersebut melainkan di
sekitar ka�bah yang berjarak seratus meteran dari sana.

Maka tugas kita dalam hal ini adalah untuk menyempurnakan ikhtiar,
bukan menentukan hasil. Jangan pernah risau dengan janji Allah.
Sesungguhnya yang berbahaya bagi diri kita adalah keburukan dari diri
kita sendiri. Orang lain hanya menjadi jalan.


Sekarang masalah apa pun yang menimpa, jangan sibuk dengan orang
yang menjadi jalan, melainkan sibuk dengan diri kita yang menjadi
penyebabnya. Kebaikan kembali pada pembuatnya, begitu pula keburukan.
Tidak ada yang merusak diri kita selain dari keburukan diri kita.

Ketika kita menghadapi kesulitan, kita tidak bisa menyelesaikan
dengan kemampuan kita, melainkan dengan pertolongan Allah. Bagaimana
jalan keluarnya? Adalah dengan bertaubat.

Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan melegakkan
hatinya, Allah akan memberi jalan keluar, dan rejeki pertolongan dari
yang tidak terduga.

�maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai." (QS Nuh : 10-12)

Rejeki termahal dalam hidup ini adalah hati yang yakin, dan
lahiriahnya patuh kepada Allah dengan istiqamah. Kesuksesan orang
adalah yakin kepada Allah, tidak ada keraguan dalam hatinya. Tidak
bersedih hati. Kunci yakin adalah hati yang bersih. Makin bersih dari
kemusyrikan, kemunafikan, dan cinta duniawi, hati akan langsung
merasakan keyakinan, hati peka, doa mustajab, akhlak mulia, dan auranya
nyaman. Maka jangan ukur kesuksesan seseorang dengan duniawinya,
melainkan lihatlah sejauh mana keyakinannya yang merupakan karunia
Allah tidak ada bandingannya.

Sekuat tenaga mengarungi hidup, disertai dengan semangat kebersihan
hati. Cari teman yang bisa membantu membersihkan hati. Seperti mobil
yang tidak jalan whipernya/ pembersih kaca ketika hujan deras, maka dia
akan risau. Bukan tidak adanya jalan, melainkan tidak bisa melihat
jalan. Seperti itu pula ketika kita melihat dengan mata hati yang
tertutup dosa. Oleh karena itu, kembalilah kepada Allah, seperti kaca
yang bersih, maka akan tampak semua yang ada, karena tidak tertutupi,
seperti udara bagi paru-paru ini, solusi sesungguhnya terhampar di
dekat kita.







ALLAH ITU DEKAT

�Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku
mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia memohon kepadaKu. Maka
hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)Ku, dan beriman kepadaKu
agar mereka mendapat petunjuk (bimbingan)�. (Al-Baqarah: 186)

Ayat ini meskipun tidak berbicara tentang Ramadhan seperti pada tiga
ayat sebelumnya (Al-Baqarah: 183-185) dan satu ayat sesudahnya
(Al-Baqarah: 187), namun keterkaitannya dengan Ramadhan tetap ada.
Jika tidak, maka ayat ini tidak akan berada dalam rangkaian ayat-ayat
puasa seperti dalam susunan mushaf. Karena setiap ayat Al-Qur�an
menurut Imam Al-Biqa�I merupakan satu kesatuan (wahdatul ayat) yang
memiliki korelasi antar satu ayat dengan yang lainnya, baik dengan
ayat sebelumnya atau sesudahnya. Disinilah salah satu bukti
kemu�jizatan Al-Qur�an.

?

Kedekatan Allah dengan hambaNya yang dinyatakan oleh ayat di atas
lebih khusus daripada kedekatan yang dinyatakan dalam surah Qaaf ayat
16: �Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya� yang
bersifat umum. Kedekatan Allah dengan hambaNya dalam ayat di atas
merupakan kedekatan yang sinergis, kedekatan yang aplikatif, tidak
kedekatan yang hampa dan kosong, karena kedekatan ini terkait erat
dengan doa dan amal shalih yang berhasil ditunjukkan oleh seorang
hamba di bulan Ramadhan, sehingga merupakan motifasi terbesar yang
memperkuat semangat ber Ramadhan dengan baik dan totalitas.

Dalam konteks ini, korelasi ayat doa dan kedekatan Allah yang khusus
dengan hambaNya dengan ayat-ayat puasa (Ayatush Shiyam) paling tidak
dapat dilihat dari empat hal berikut ini: Pertama, Salah satu dari
pemaknaan Ramadhan sebagai Syahrun Mubarok yang menjanjikan beragam
kebaikan adalah Syahrud Du�a dalam arti bulan berdoa atau lebih jelas
lagi bulan dikabulkannya doa seperti yang diisyaratkan oleh ayat ini.
Karenanya Rasulullah saw sendiri menjamin dalam sabdanya: � Bagi orang
yang berpuasa doa yang tidak akan ditolak oleh Allah swt.� (HR. Ibnu
Majah). Kondusifitas ruhiyah seorang hamba di bulan Ramadhan yang
mencapai puncaknya merupakan barometer kedekatannya dengan Allah yang
juga berarti jaminan dikabukannya setiap permohonan dengan modal
kedekatan tersebut. Dalam kitab Al-Ma�arif As-Saniyyah Ibnu Qayyim
menuturkan: �Jika terhimpun dalam doa seseorang kehadiran dan
keskhusyuan hati, perasaan dan kondisi kejiwaan yang tunduk patuh
serta ketepatan waktu yang mustajab, maka tidaklah sekali-kali doanya
ditolak oleh Allah swt. Padahal di bulan Ramadhanlah kondisi dan
situasi �ruhiyah� yang terbaik hadir bersama dengan keta�atan dan
kepatuhannya dengan perintah Allah swt.

Kedua, Ungkapan lembut Allah � Sesungguhnya Aku dekat� merupakan
komitmen Allah untuk senantiasa dekat dengan hambaNya, kapanpun dan
dimanapun mereka berada. Namun kedekatan Allah dengan hambaNya lebih
terasa di bulan yang penuh dengan keberkahan ini dengan indikasi yang
menonjol bahwa hambaNya juga melakukan pendekatan yang lebih intens
dengan berbagai amal keshalihan yang mendekatkan diri mereka lebih
dekat lagi dengan Rabbnya. Padahal dalam sebuah hadits qudsi Allah
memberikan jaminan: �Tidaklah hambaKu mendekat kepadaku sejengkal
melainkan Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Tidaklah hambaKu
mendekat kepadaKu dengan berjalan melainkan Aku akan mendekat
kepadanya dengan berlari dan sebagainya�. (Muttafaqun Alaih)

Ketiga, Istijabah (falyastajibu li) yang dimaknai dengan kesiapan
hamba Allah untuk menyahut dan melaksanakan setiap panggilanNya
merupakan media dikabulkannya doa seseorang. Hal ini pernah
dicontohkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw yang menceritakan tiga
orang yang terperangkap di dalam gua. Masing-masing dari ketiga orang
tersebut menyebutkan amal shalih yang mereka lakukan sebagai media dan
wasilah mereka berdoa kepada Allah. Dan ternyata Allah swt serta merta
memenuhi permohonan masing-masing dari ketiga orang itu dengan
�jaminan amal shalih yang mereka lakukan�. Padahal bulan Ramadhan
adalah bulan hadirnya segala kebaikan dan berbagai jenis amal ibadah
yang tidak hadir di bulan yang lain; dari ibadah puasa, tilawah
Al-Qur�an, Qiyamul Lail, Zakat, infaq, Ifthorus Shoim dan beragama
ibadah lainnya. Kesemuanya merupakan rangkaian yang sangat erat
kaitannya dengan pengabulan doa seseorang di hadapan Allah swt. Dalam
hal ini, Abu Dzar menyatakan: �Cukup doa yang sedikit jika dibarengi
dengan kebaikan dan keta�atan seperti halnya garam yang sedikit cukup
untuk kelezatan makanan�.

Keempat, Kata �la�alla secara bahasa menurut pengarang Tafsir
Al-Kasyaf berasal dari kata �alla� yang kemudian ditambah dengan lam
di awal yang berarti �tarajji� merupakan sebuah harapan yang langsung
dari Zat Yang Maha memenuhi segala harapan. Logikanya, jika ada
harapan maka ada semangat, apalagi yang berharap adalah Allah swt
terhadap hambaNya sehingga tidak mungkin hambaNya menghampakan harapan
Tuhan mereka. Karenanya rangkaian ayat-ayat puasa diawali dengan
khitab untuk orang-orang yang beriman: �hai orang-orang yang beriman�.
Dalam konteks ini, setiap hamba yang selalu mendekatkan diri dengan
Allah tentu besar harapannya agar senantiasa mendapat bimbingan dan
petunjuk Allah swt. Demikian redaksi �La�alla� yang selalu mengakhiri
ayat-ayat puasa termasuk ayat doa ini, menjadi korelasi tersendiri
dalam bentuk keseragaman dengan ayat-ayat puasa sebelum dan sesudahnya
�La�allakum Tattaqun, La�allakum Tasykurun, La�allahum Yarsyudun, dan
La�allahum Yattaqun�.

Demikian pembacaan terhadap satu ayat yang disisipkan dalam rangkaian
ayat-ayat puasa. Tentu tidak semata untuk memenuhi aspek keindahan
bahasa. Namun lebih dari itu, terdapat korelasi dan hikmah yang patut
diungkap untuk memperkaya pemaknaan terhadap Ramadhan yang terus akan
mendatangi kita setiap tahun. Karena pemaknaan yang komprehensif
terhadap ayat-ayat puasa akan turut mewarnai aktifitas Ramadhan kita
yang berdampak pada peningkatan kualitas keimanan kita dari tahun ke
tahun. Saatnya momentum special kedekatan Allah dengan hamba-hambaNya
di bulan Ramadhan dioptimalisasikan dengan doa yang diiringi dengan
amal shalih dan keta�atan kepadaNya.



[MOSQUE.JPG]


9 TELOR DAN 90 DINAR



Dikisahkan dalam buku Rahasia Keajaiban Shodaqoh yang ditulis oleh Ust.
Fatihuddin Abul Yasin, diceritakan bahwa ada seorang Ulama yang mumpuni
dibidang ilmu lahir dan batin. Tidak diragukan lagi keimanan dan ketakwaannya
menjalani susunan hidup yang melingkari setiap manusia. Hidup yang sangat
sederhana itu dijalani bersama isteri dan anak-anaknya dengan keyakinan yang
tinggi kepada Allah.

Pada suatu hari ada seorang pengemis bertamu kepadanya, meminta shodaqoh ala
kadarnya untuk menyambung hidup. Sang ulama bertanya kepada isterinya, "Adakah
sesuatu yang bisa diberikan kepada pengemis ini ?"
Istrinya menjawab, "kita tidak memiliki apa-apa kecuali 10 butir telur."
Berikan semua telur itu kepada pengemis ini.

Kemudian istrinya memberikan semua telur itu, kecuali menyisahkan satu buah
buat makan anak-anaknyananti. Jadi hanya 9 telor yang diberikan kepada
pengemis. Dia ingat juga jika bershodaqoh harus menyisahkan buat keluarga di
rumah.

Pengemis itupun pergi dari rumahnya. Dan tidak lama kemudian ada orang mengetuk
pintu rumahnya. Tamu itu membawa uang yang dishodaqohkan kepada ulama sebanyak
90 dinar.
Alhmdulillah!

Sepeninggal sang tamu, ulama itu bertanya kepada istrinya berapa telor yang
dishodaqohkan kepada pengemis tadi! Istrinya menjawab, "Saya hanya memberi 9
telor. Yang satu telor kita sisakan buat anak-anak.

Ulama atau suaminya berkomentar, "Uang ini jumlahnya 90 Dinar, artinya satu
kebaikan (berupa telor) dilipatgandakan menjadi 10 kebajikan". Jika tadi di
shodaqohkan semua, mungkin dapat uang 100 dinar. Jika 100 telor yang
dishodaqohkan, juga dilipatgandakan menjadi 100 dinar.
Dari kisah diatas semakin terang dan jelaslah firman Allah SWT dalam Al-Qur'an
yang terjemahannya sebagai berikut :
"Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah Dzat yang menyempitkan atau meluaskan
(rizki), dan hanya kepada-Nyalah kami dikembalikan (QS. Al-Baqarah : 245)

Jika Allah telah menerangkan demikian, masihkah kita ragu akan kebenaran ini???
Lipat ganda material adalah uang muka di dunia, dan kelak di akhirat teap
memperolah balasan pahala yang banyak sekali. Demikianlah Allah meletakkan
berbagai keajaiban shodaqoh bagi orang-orang yang dermawan.







INTI DOA

Do?a adalah ibadah yang bisa mengantarkan kita kepada kedekatan dengan Allah
SWT. Ketika do?a diijabah, semestinya membuat kita sadar itu merupakan
karunia Allah. Jika belum diijabah, maka do?a menjadi perisai dari berputus
asa. Maka yang terpenting dari sebuah doa bukan doa itu sendiri, tapi
suasana hati kita yang benar-benar memurnikan tauhid, dan kita menyadari
betapa lemahnya kita, tanpa pertolongan-Nya mustahil kita mampu menjalani
hidup ini. Seorang yang berdoa dengan baik adalah ia yang berhasil menemukan
posisi yang paling tepat bagi seorang hamba, sebagaimana hal-hal berikut:



Merasa lemah tiada daya dan upaya, hanya Allah tempat satu-satunya memohon
Yang Maha Perkasa, yang akan mengijabah hajatnya, tiada yang lain.



Merasa diri miskin tidak mempunyai apa pun, termasuk tidak memiliki diri
ini. Sedangkan Allah SWT pemilik semua kekayaan.



Merasa sangat membutuhkan Allah, tidak ada lagi yang bisa menolong selain
Allah. Tidak pernah hati ini bercabang mengharap-harap kepada selain Allah
SWT. Saat berdoa hati kita merasa tidak tahu, bodoh, tidak mengerti dan
hanya Allah satu-satunya yang Maha Tahu jalan keluar, ilmu, rejeki, dan
pertolongan orang lain tidak ada yang bisa menjadi jalan, tanpa ijin-Nya.
Selanjutnya, mestinya hal itu bukan hanya pada waktu berdoa saja, melainkan
menjadi bagian dari sikap hidup kesehariannya.



Ada orang yang merasa berkedudukan di sisi Allah. Seakan-akan ia sudah
shaleh, suci dan mulia, gara-gara dia memakai penampilan agamis. Maka akan
menjadi hijab/penghalang bagi dirinya kepada Allah. Semestinya diri ini
merasa kotor dan hina.



?maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui
tentang orang yang bertakwa?. QS An-Najm:32



Masalah doa bukan hanya masalah redaksi doanya. Karena ada yang membaca
sekali diijabah dan yang membaca ribuan kali tidak saja diijabah. Mengapa
hal demikian terjadi, tentu di antaranya hatinya masih belum bulat, ia masih
bersandar pada selain Allah SWT.



Memang doa itu bisa mengubah dari takdir satu ke takdir yang lain. Allah-lah
yang memiliki takdir. Namun ada catatan pula di *Lauhul Mahfudz*, bahwa bila
dia berdoa dengna sepenuh keyakinan, maka aka nada catatan takdirnya,
demikian pun bila lalai dalam do?anya, akan nada catatan takdir lainnya.
Tidak ada yang luput dan baru, karena ada di *Lauhul Mahfu*dz jauh sejak
kita dilahirkan ke dunia. Tetap ada rangkaian takdirnya dengan detail
di *lauhul
mahfudz*. Namun tugas kita adalah berusaha.



Dengan demikian, yang terpenting bagi kita bukan terkabulnya doa, tapi
dengan doa itu kita benar-benar menjadi hamba Allah. Perintah Allah adalah
untuk menjadi mengabdi, bersih tauhid. berjiwa bulat hanya kepada Allah.
Perkara dikasih, itu bonus, agar makin tambah keimanan kita. Perkara ijabah
Allah Maha Kuasa. ?Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku.?
(Hadis Qudsi). Maka berbaik sangka kepada Allah dengan kepatuhan, itu
syaratnya.



Jangan ragukan dengan ijabahnya dari Allah atas do?a-do?a kita. Hal itu
sudah janji Allah. Pasti diijabah, walau waktu, cara, bentuknya bisa tidak
sesuai dengan yang dimohonkan.



Doa tidak ada yang disia-siakan Dari sebuah hadis disebutkan Rasulullah saw
bersabda, ?Sesungguhnya doa dan musibah itu berada diantara langit dan bumi
saling bertempur dan doa itu dapat mengalahkan musibah sebelum musibah itu
turun.? (diriwayatkan Imam Atthabrani dalam kitab al-Ausath (2498).



Mana yang dapat mengalahkan, apa doa yang menang sehingga bisa menghindarkan
musibah. Dengan memeriksa dosa-dosa diri dan menguatkan ibadah, maka itu
menjadikan energi doa semakin besar. Yang paling penting juga dari unsur
ibadah doa ini adalah melahirkan ketulusan dan silaturahmi.



Bagaimana keikhlasan itu? Allah Yang Maha Menyaksikan mengetahui persis
keadaan setiap hambanya, dari mulai latar belakang keluarga, ilmu,
lingkungan, lahirnya, karena Allah Yang menentukan. Allah Mengetahui persis.



Sementara, di antara manusia, ada yang diketahuinya hanya
persoalan-persoalan duniawi belaka. Tatkala membutuhkan keperluan
duniawinya, tetap ia memintanya hanya kepada Allah walaupun hanya untuk
urusan dunia. Ia pun berhasil menaikan keimanannya dengan berlanjut kepada
keyakinan bahwa ia tidak ragu terhadap jaminan Allah. Ia sudah naik lagi
setahap menjadi orientasinya mengejar pahala Allah. Karena itu, ia menyukai
segala hal yang terkait dengan pahala. Selanjutnya, ia pun semakin menyadari
bahwa ia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan mencari
ridho-Nya.



Inti dari doa adalah benar-benar bisa menjadikan diri kita jadi hamba
sejati, agar ngepas, kita sebagai hamba, Allah sebagai Tuhan. Doa itu ruhul
ibadah. Bila seseorang rajin berdoa hatinya menjadi kerut, terasa hamba yang
tidak punya apa-apa, bodoh; memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa,
satu-satunya yang bisa menolong, dan makin bulat makin lumpuh kepada Allah
SWT, itulah saat-saat terbaik berdoa kepada Allah. Sebaliknya, jika hati
tidak merasa makin mengkerut, la haula quwwata illa billah, maka tidak akan
diperoleh tujuan dari ibadah doa itu sendiri.