KARENA MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI


Dear Friends,

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena Kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia
berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata Kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya."

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah
menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hidup adalah anugerah
Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar - Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu - Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami atau isterimu - Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta Pasangan hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu - Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anamu - Ingatlah akan seseorang yang begitu mengaharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai - Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.

Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh - Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu - Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain - Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Tuhan.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu - Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan dan isilah itu.

NIKMATILAH SETIAP SAAT DALAM HIDUPMU, KARENA MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI!
READ MORE - KARENA MUNGKIN ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI

SENDIRI DALAM SEPI

Merasakan rasa yang penuh hampa.
Menjalani hidup yang penuh derita.
Saat semua nyata berubah maya.
Hidup terasa hampa tanpa cinta dalam jiwa.
Saat semua rasa berpaling sirna.
Hidup terasa luka penuh derita.
Semua terasa hampa.
Semua terasa sirna.
Dan semua telah meninggalkan derita,duka,dan lara dalam kesendirian jiwa.
Merintih dalam perih.
Menantikan cinta di hati yang lirih.
Membayangkan semu berbaur ragu.
Merasakan cinta yang penuh pilu.
Biarlah hati teraniaya sunyi,selamanya sendiri merasakan sepi.
Biarlah cinta menghilang bahagia,sendiri luka menanti derita.
Memimpikan cinta yang berangsur sirna,hanyalah rasa dibalik hampa.
Semua terasa mati,saat hidup hanya sendiri dalam kesepian hati.
READ MORE - SENDIRI DALAM SEPI

SENSASI

Sensasi.
Melihat semua yang terlihat di dalam mimpi.
Merasakan rasa yang terasa di dalam jiwa.
Sungguh rasa yang tiada terkira,mengupas makna yang terajut indahnya pesona.
Sensasi.
Janji yang tak selamanya penuh arti,menuntun hati terus meraih mimpi.
Ketika sensasi menyeruak,menyelinap,menelisik memasuki ruang dalam hati,membuat kata terucap haru terlihat semu.
Ketika sensasi menyentuh jiwa,membuat semua cita terwujud bahagia.
Memandang langit penuh bintang.
Merasakan angin penuh kesegaran.
Memejamkan mata penuh kegelapan.
Sensasi.
Sensasi yang penuh arti,memberikan beragam inspirasi dalam mewarnai indahnya hidup ini.
READ MORE - SENSASI

BERLARI MEMBERI JANJI

Jiwa kini terasa sepi.
Hati kini terasa sunyi.
Saat semua angin tak lagi berhembus.
Saat semua air tak lagi mengalir.
Semua cinta yang pernah ada,rasa suka yang penuh bahagia,terlelap semu tertutup derita,duka,dan lara.
Akankah hidup bermati suri ?
Saat semua rasa berubah sirna.
Saat semua kata tak lagi bermakna.
Janji suci menghilang sunyi.
Ikatan hati terlepas pergi.
Adakah rasa yang mampu merubah segalanya ?
Pergi berlari memberi janji.
Gerangan hati mengejar mimpi.
Semua cinta berujung sirna.
Semua rasa berakhir derita.
Namun gelisah merubah semua arah.
Berlari memberi janji,menuju cinta yang lebih indah.
READ MORE - BERLARI MEMBERI JANJI

MALAM TANPA BINTANG

Berjalan menyusuri ruang dan waktu.
Berlari merubah segala yang terasa semu.
Merasakan cinta,adalah bohong.
Merasakan kasih,adalah fitnah.
Haruskah hidup terasa redup ?
Tiadakah rasa yang mampu merubah segalanya ?
Cinta,cinta,dan cinta.
Cinta adalah anugerah sebuah rasa.
Cinta merubah segala rasa menjadi indah.
Tapi mungkinkah kita mampu hidup tanpa cinta ?
Seperti malam tanpa bintang,kini pun sendiri tanpa terbayang.
Hidup tanpa cinta,adalah derita dibalik gembira.
Hidup tanpa cinta,adalah duka lara dibalik canda tawa.
Hidup tanpa cinta,bagaikan malam tanpa bintang.
Menghapuskan semua kesenangan,kebahagiaan,dan hidup yang penuh kegembiraan.
Hanya malam tanpa bintang,yang melukiskan cinta tanpa terbayang.
READ MORE - MALAM TANPA BINTANG

Jembatan Maaf


Alkisah, ada dua orang kakak-beradik yang hidup di sebuah desa. Mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius, dan ini merupakan kejadian pertama kali, mereka bertengkar sedemikian hebat. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun, saling meminjamkan peralatan pertanian, dan bahu-membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan.

Namun kerja sama yang akrab itu kini retalk karena kesalahpahaman yang sepele saja, yang kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar, dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri, tak bertegur-sapa.

Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu.
"Maaf Tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan," kata pria itu dengan ramah.
"Barangkali Tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan."
"Oh ya!" jawab sang kakak. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ..ah sebetulnya ia adalah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya."

Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat Tuan merasa senang."

Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya buat si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian.

Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi. Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.

"Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku," kata sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.

"Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu," pinta sang kakak.
"Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan."

READ MORE - Jembatan Maaf

Sebuah kata MAAF


Jam sudah menunjukkan angka sebelas ketika aku duduk merebahkan diri di ruang tengah. Tentu saja istri dan anakku sudah tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar anakku masih terbuka?

Aku tertegun saat berdiri di depan pintu kamar anakku. Anakku tertidur di meja belajarnya, ditangan kanannya masih memegang pinsil dan sepertinya dia menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi.

"Tumben anak ini minum kopi,"pikirku. Kuangkat dia ketempat tidur.
Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis anakku. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan2nya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku. Di lembaran pertama dia menulis :

"Hari ini ayah tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu ayah."
Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu anakku mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos.
"Ayah nanti sore ada kegiatan nggak sih,"sapa anakku saat aku akan pergi kerja.
"Ada apa sayang," jawabku.
"Ayah mau nggak menemani aku ke toko buku?"
"Kalau ayah nggak sibuk nanti sore akan ayah usahakan menemani kamu yach".
"Terima kasih, ayah," ucap anakku dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.

Di lembaran kedua dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi lagi menemaniku ke toko kaset, padahal aku ingin sekali mendengar lagunya Sulis dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak merasa sunyi. Sebenarnya aku mau ngajak ibu tapi aku ingin sekali ditemani ayah. Tapi lagi2 ayah sibuk".
Dan aku ingat lagi kalau anakku memang pernah mengajakku menemaninya membeli kaset. Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini,"Ayah nanti sore sibuk nggak atau Ayah nanti sore ada kegiatan?"
Bahasa yang sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.

Di lembaran terakhir dia menulis : "Hari ini dan untuk kesekian kalinya ayah tidak bisa menemaniku. Tadi aku mengajak ayah ke pasar malam padahal ini kan hari terakhir ada pasar malam di komplekku dan aku udah janji sama pak Mamat kalau aku akan membeli boneka yang ditawarkan tadi sore saat pak Mamat lewat depan rumahku, aku katakan pada pak Mamat kalau aku akan pergi bersama ayah ke pasar malam dan aku akan membeli boneka pak Mamat. Karena ayah masih belum pulang pasti pak Mamat sudah menjualnya. Pak Mamat maafkan aku yah.

Besok pagi akan aku tunggu di depan rumah dan minta maaf pada pak Mamat kalau aku tidak bisa pergi ke pasar malam.

Kali ini aku yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Mamat selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan. Dia selalu bilang,"maaf yah neng pak Mamat terlambat". Padahal menurutku pak Mamat nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Mamat selalu minta maaf padahal pak Mamat kan nggak punya salah pada aku.

"Iya neng pak Mamat tidak ingin mengecewakan neng kemaren kan sudah bilang kalau pak Mamat nganterin pesanan neng pagi2 sebelum neng pergi kesekolah. Coba kalau pak Mamat datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Mamat nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan".

Aku jadi ingat sama ayah, ayah tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena ayah menganggapku masih kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap ayah. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan ayah tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf ayah.

Aku menangis membaca tulisan anakku, kudekati anakku di pembaringan sambil kupandangi wajahnya yang polos, anakku sayang maafkan ayah, ternyata kau punya hati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada anakku atas janji2 yang tidak pernah kupenuhi padanya.
Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan2nya.

Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan ayah. Anakku, ayah akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.

READ MORE - Sebuah kata MAAF

Kepada Yang Di Atas


Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya. Ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya. Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya.

Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Tuhan sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.

READ MORE - Kepada Yang Di Atas

BERJALAN MENUTUP MATA

Menuliskan apa yang telah terpikirkan.
Memikirkan apa yang telah terasakan.
Saat semua rasa terasa sepi,seperti kerdip lilin di kelam sunyi.
Berjalan menyisir waktu,berharap sesuatu datang berseru.
Semuanya terasa kosong saat kita tak lagi mampu merasakan apa yang ingin kita rasakan.
Semuanya terasa pilu saat cinta dalam hati terlelap cepat menghilang semu.
Hidup,hidup,dan hidup adalah sebuah anugerah.
Berjalan tanpa memikirkan waktu.
Berjalan tanpa memikirkan arah dan tujuan.
Berjalan tanpa beban.
Mungkinkah hati terus merasa sepi ?
Haruskah hidup terus seperti ini ?
Adakah sesuatu yang mampu merubah semua ini ?
Semua,semua,dan semua hanyalah angan di balik ketidak berdayaan.
Semua hanyalah impian di balik ketidak mampuan.
Biarkan semua terasa sendiri,tersudut menunggu mati.
Biarkan jiwa terasa sepi,tanpa hadirnya cinta di dalam hati.
READ MORE - BERJALAN MENUTUP MATA

SENYUMLAH...


Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai di depan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka...

Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak2ku!"

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu di antaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai2kan tangannya ke arah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.

Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini di tangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya di antaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis di akhir paper saya. "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri.
READ MORE - SENYUMLAH...

MEMELUK MENTARI

Merasakan cinta adalah anugerah.
Menjalani hidup adalah amanah.
Setiap jauh kita melangkah,semakin banyak asa mengadah.
Hidup bukanlah kesenangan seperti yang kita bayangkan.
Hidup adalah perjuangan bagaikan memeluk mentari.
Mentari terasa indah untuk dinikmati.
Mentari terasa lembut untuk dirasakan.
Tapi mentari terasa panas dan berat untuk kita dekap dan kita renungkan.
Menjalani hidup tanpa arah.
Menjalani hidup tanpa gairah.
Menjalani hidup hanya terasa resah dan penuh gelisah.
Semakin lama memandang mentari,semakin berat kita berlari.
Mungkinkah hidup seperti memeluk mentari yang tidaklah mungkin dapat terjadi ?
Haruskah hidup hanyalah menuntun arus yang tiada arti ?
READ MORE - MEMELUK MENTARI