tutur kata hati

MENYESAL TELAH BERBUAT BAIK

Foto Lucu Matahari Terbenam


Seorang ustadz pernah bercerita, dulu sebelum peristiwa itu terjadi, beliau adalah ustadz yang dengan ijin Allah banyak disukai para murid dan mad�unya. Mereka rajin datang, menyimak dan menyerap segala ilmu dan nasihat ustadz yang bermanfaat. Mereka menjadi rajin mencari ilmu baik dengan menghadiri pengajian maupun membaca buku, terutama karya sang ustadz. Tapi, setelah peristiwa itu terjadi, yakni ketika sang ustadz mengajarkan bahwa poligami itu halal dengan mengamalkannya, bukan kriminal dan merupakan bagian dari hukum Allah yang telah ditetapkan kebolehannya, keadaan menjadi berubah drastis. Sang ustadz bercerita tidak sedikit dari muridnya, terutama ibu-ibu rumah tangga yang mencaci maki, menyobek buku karyanya, dan mengirim SMS berisi hujatan pada sang ustadz, seakan-akan mereka menyesal telah belajar pada beliau, bersusah payah mengikuti kajian-kajiannya, membeli bukunya dan sebagainya.

Kisah diatas menjadi sebuah contoh, ternyata orang tidak hanya menyesali perbuatan jahat dan maksiat saja. Kadangkala, manusia juga bisa menyesal karena telah berbuat baik. Perasaan seperti ini muncul manakala seseorang menemukan bahwa ternyata kebaikannya membuahkan sesuatu yang tidak seusai dengan harapan atau tidak sebagaimana semestinya. Dalam contoh diatas barangkali ada diantara para murid sang ustadz yang berpikir, �Nyesel saya ngaji kesana kemari ngikutin sang ustadz. Ternyata dia juga nggak beda sama lelaki kebanyakan yang tidak setia dan suka mendua.�

Contoh lain, penyesalan atas kebajikan dapat terjadi jika ternyata orang yang pernah kita beri budi malah berbalik menyakiti. Misalnya ketika seorang anak yatim yang sejak kecil kita urusi dan kita tanggung hidupnya, setelah besar justru jadi begundal yang tak tahu balas budi. Atau ketika orang yang pernah dibantu, dipinjami uang, atau diberi bantuan finansial, ternyata suka menggunjing kita dimana-mana.

Bahkan setan juga bisa membuat isteri seorang mujahid menyesal karena harus menjadi janda diwaktu muda, sebab sang suami telah syahid, berpulang ke alam baka. Kini ia harus menanggung hidupnya sendiri dan anak-anaknya. Setan membersitkan penyesalan, andaikata dulu suaminya orang-biasa-biasa saja, tentu nasibnya kini tidak akan seperti ini.

Perangkap Setan

Jika kita merasakan bisik-bisik setan itu menyelinap di hati, kita harus segera bersiap ambil posisi. Harus disadari bahwa penyesalan semacam ini jelas sangat berbahaya. Ia bisa membuat kebajikan menjadi sia-sia dan pahala pun amblas tanpa sisa. Bagaimana mungkin akan dicatat sebagai kebaikan, jika kita yang melakukan malah menyesal dan berandai-andai kalau saja itu tak pernah kita lakukan? Bagaiman mungkin akan mendapat ridha dari Allah, kalau kita sendiri yang melakukannya tidak lagi ridha?

Untuk contoh pertama, semestinya tidak perlu terlalu berlebihan dalam menyikapi poligami. Toh Islam membolehkan meski dengan beberapa ketentuan. Menyesali thalabul ilmi yang selama ini dilakukan jelas merupakan tindakan aneh. Bukankah manfaatnya sudah bisa dirasakan? Dan apa kerugian yang mereka tanggung dari poligami sang ustadz? Lebih dari itu, mengapa kita membenci orang yang melakukan sesuatu yang halal?

Soal sedekah, harus kita sadari bahwa pahala sedekah sama sekali tidak akan berpengaruh meski orang yang kita beri sedekah akhirnya murtad sekalipun. asalkan sudah ikhlas, insyaallah pahalanya sudah ditetapkan. Menyesalinya sama juga menyesali pahala yang sudah didapatkan.

Dan bagi yang ditinggal mati suaminya dimedan perang, sangat tidak pantas untuk menyesali keistimewaan yang diberikan Allah tersebut. Memang kehidupan setelahnya menjadi berat, tapi akan terasa ringan dijalani dengan keikhlasan dan kesabaran. Sedang menyesali yang telah lampau hanya akan menghilangkan pahala dan semakin menambah beban kehidupan.

Sebuah renungan

Untuk menenangkan diri, marilah kita renungi ayat Allah berikut ini:

�Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.� (QS. Al Anbiya:47).

�Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Az Zalzalah:7-8)

Jebakan setan ini memang hanya muncul manakala ada stimulus atau faktor tertentu. Tapi tetap saja kita harus selalu waspada. Setan akan berusaha menghilangkan pahala kita dari depan, tengah dan belakang. Dari sebelum kita beramal, saat sedang beramal dan setelah beramal, meski telah berlalu sekian waktu. Jika ingin menyesali perbuatan baik, selayaknya kita menyesal mengapa ketika menjalankannya dulu hanya sekadarnya saja, mengapa tidak yang lebih besar dan mengapa tidak lebih baik, lebih ikhlas dan lebih segalanya. Semoga Allah senantiasa memberi kita petunjuk dan bimbingan. Wallahua�lam.








ANDAI YANG DILANTUNKAN ADALAH ALQUR'AN

Imam adz-Dzahabi dalam Kitabnya Siyar A�lam an-Nubala� menceritakan kisah taubatnya Zaadzan Abu Amru al-Kindy, seorang ulama senior di kalangan tabi�in,

�Dari Abu Hasyim berkata, �Zaadzan pernah bercerita, �Dahulu aku adalah seorang pemuda yang memiliki suara merdu dan terampil dalam memainkan thanbuur (semacam gitar-pen). Seperti biasa, aku sedang berkumpul dengan kawan-kawanku, ditemani dengan arak dan khamr, sementara aku mendendangkan lagu dan memetik gitarku untuk kawan-kawanku. Ketika itu, Abdullah bin Mas�ud lewat dan memergoki kami. Serta merta beliau memecahkan botol khamr dan gitar, kemudian berkata, �Andai saja yang diperdengarkan dari merdunya suaramu adalah al-Qur�an��

(versi lain menyebutkan bahwa yang memecahkan botol dan gitar itu adalah Zaadzan sendiri setelah menyadari keteledorannya-pen)

Setelah Ibnu Mas�ud beranjak pergi, aku bertanya kepada teman-temanku, �Siapakah orang itu?� Mereka menjawab, �Beliau adalah Ibnu Mas�ud, sahabat Rasulullah shalallahu �alaihi wasallam.�

Lalu saya memutuskan diri untuk bertaubat, aku mengejar beliau sambil menangis. Aku memegangi ujung bajunya dan berdiri di hadapan beliau, lalu kukatakan, �Demi Allah, aku bertaubat dari apa yang telah kukerjakan dan dari memusuhi Rabbku, aku benar-benar ingin bertaubat!�

Ibnu Mas�ud juga ikut menangis haru dan berkata, �Marhaban, selamat datang sebagai orang yang dicintai oleh Allah ta�ala. Selamat datang sebagai orang yang dicintai oleh Allah.�

(Siyaru A�lam an-Nubalaa�, Imam adz-Dzahabi)

Pada gilirannya, beliau menjadi seorang imam dan qari� setelah tadinya sebagai pemusik dan penyanyi. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang meriwayatkan hadits.







BUMI YANG MULAI RAPUH

Foto Matahari Terbenam


Tanah itu amblas begitu saja membentuk lubang berdiameter 10 meter dengan kedalaman lebih dari 5 meter. Lubang menganga itu berada di tengah jalan besar di daerah Sleman, Yogyakarta (ahad, 12 Desember 2010).

Kejadian serupa terjadi di Guatemala City, Rep. Guatemala. Fenomena tanah amblas muncul di tengah kota dan menelan sebuah gedung berlantai tiga. Meski tak dilaporkan adanya korban, lubang raksasa berdiameter 20 meter dengan kedalaman 30 meter ini membuat penduduk kota shock. Fenomena semisal muncul secara berturut-turut di China sebanyak lebih dari 5 kali. Bahkan, lubang-lubang tersebut amblas pada saat ada mobil yang lewat di atasnya..

Jika anda melacak di internet, fenomena tanah amblas seperti itu ternyata muncul di berbagai Negara dan akhir-akhir ini frekuensinya semakin sering. Orang-orang menamakannya sinkhole (tanah amblas). Mengenai faktor alami yang menjadi penyebabnya, sebagian dapat ditemukan sedang yang lain masih masih belum terungkap. Rata-rata, sinkhole ditengarai merupakan dampak dari runtuhnya bantalan bebatuan di atas aliran air di bawah tanah. Fenomena ini dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

Sekedar Fenomena Alam ataukah�?

Selalu ada penjelasan rasional dari semua fenomena alam yang muncul. Baik dengan teori menurut disiplin ilmu tertentu atau sekadar dugaan yang dirasionalkan. Gunung meletus, gempa, tsunami dan lain sebagainya, juga fenomena sinkhole ini. Karenanya, sebagian orang berpendapat, fenomena seperti ini tidak perlu dikait-kaitkan dengan agama atau hal-hal metafisik; adzab atau tanda kiamat. Semua ini hanya fenomena alam yang lumrah dan rasional.

Memang, pendapat seperti ini sedikit ada benarnya. Selalu mengaitkan fenomena alam dengan hal-hal metafisik, khususnya tanda kiamat, tidak selalunya dapat dibenarkan. Hanya saja, itu berlaku jika tidak ada nash syar�i yang menjelaskan tentang hal tersebut. Tapi jika memang ada nash yang mensinyalir, maka menafikan sama sekali benang merah antara keduanya juga bukan hal yang benar. Walaupun untuk memastikan bahwa fenomena itulah yang dimaksud dalam nash, juga memerlukan kajian yang mendalam.

Nah, menyangkut fenomena sinkhole, ada sebuah hadits yang mensinyalir munculnya fenomena seperti ini dan menyebutnya sebagai salah satu tanda kiamat. Disebutkan dalam riwayat Aisyah, di akhir zaman nanti akan ada fenomena al-khasaf atau tanah amblas. Fenomena alam yang dulu Allah jadikan sebagai adzab bagi Qarun dan hartanya.

Dari Ibunda Aisyah berkata bahwa Nabi bersabda, �Manusia terakhir dari umat ini akan mengalami kejadian al-maskh (pengubahan rupa), al khasaf (tanah amblas) dan qadzaf (lemparan). Aisyah bertanya, �Wahai Rasulullah, apakah kami binasa padahal di tengah kami ada orang-orang shalih?� Rasulullah menjawab, �Ya. Jika perbuatan keji merajalela.� (HR. at Tirmidzi, dishahihkan Imam al Albani dalam as Silsilah ash Shahihah).

Di dalam riwayat lain disebutkan, �Umat ini akan mengalami peristiwa al maskh, al khasaf dan qadzaf.� Seorang lelaki bertanya, � Wahai Rasulullah kapan itu terjadi?� Rasulullah bersabda, � Jika biduanita dan alat-alat musik sudah bertebaran.� (HR. at Tirmidzi, akan tetapi sanadnya mursal).

Melalui kacamata iman, kita melihat alam ini tidaklah berjalan sesuai instingnya. Ada yang menguasai, mengatur dan memunculkan segala bentuk fenomena alam yang terjadi. Dialah Allah Rabb semesta alam. Sabda Nabi di atas menjadi bahan peringatan bagi manusia bahwa perbuatan keji akan mendatangkan bencana. Dan al khasaf adalah salah satunya.

Meskipun hadits kedua diatas mursal (ada keterputusan dalam sanad), tapi secara makna tidaklah bertentangan dengan hadits dari Aisyah. Biduanita dan alat musik dapat menjadi sampan yang mengantarkan seseorang pada perbuatan keji. Sudah berulangkali diberitakan, setelah menonton konser dangdut yang hampir pasti berisi tarian mesum, seseorang lalu berzina atau bahkan memperkosa.

Dunia Mulai Rapuh

Fenomena ini seperti mengungkapkan bahwa bumi seakan sudah tak kuasa lagi menanggung beban dosa manusia. Beban kesaksiannya serasa kian berat hingga tanah-tanah penopangnya mulai rapuh dan akhirnya runtuh. Manusia, kian hari kian bertambah jumlahnya dengan kualitas keislaman yang kian memburuk.

Sebenarnya fenomena ini adalah peringatan dari yang kuasa. Tapi malangya, kebanyakan manusia hanya mengetahui dan melihat fenomena kauniyahnya saja. Sedang ayat-ayat syariyah yang membicarakan hal itu, sangat sedikit dari mereka yang tahu. padahal ayat kauniyah dan syariyah ibarat dua rel yang harus diposisikan berjajar berimbang. Maka wajar saja jika kemudian, kebanyakan orang hanya menganggap hal itu sebagai fenomena yang lumrah. Langkah yang ditempuh pun sebatas langkah-langkah yang kauniyah sesuai logika; memperkuat bangunan, membangun gedung anti gempa, memasang alat pendeteksi bencana dan sebagainya. Padahal menghadapi alam, langkah-langkah itu tak akan banyak berarti. Karena pokok masalahnya, hakikatnya bukan pada alamnya, tapi manusia yang diberi amanah untuk mengelola alam oleh Yang Maha Kuasa.

Akhirnya, kita hanya bisa berharap agar dijauhkan dari keburukan akhir zaman. Terlindungi dari musibah raga lebih-lebih musibah jiwa. Tetap merengkuh cahaya iman, hingga nyawa lepas dari badan. Amin. (Abu Abdillah R.)





SAHABAT YANG HIJRAH DARI FITNAH

�Aku menemui beliau n seraya mengucapkan salam. Akulah orang yang pertama kali mengucapkan salam kepada beliau dengan perkataan; assalaamu �alaika ya Rasulullah.� Beliau menjawab: �Wa �alaikas salam, siapakah kamu? (HR.Muslim)

Dialah Abu Dzar Al Ghiffaary, Jundub bin Junadah z, sahabat mulia meriwayatkan sebanyak 128 hadits, yang Rasulullah shalallahu �alaihi wasallam berkata tentangnya :

??? ????????? ????????????? ????? ????????? ????????????? ???????? ???? ????? ?????

Tidak ada seorang lelaki yang berada di hamparan bumi ini dan di bawah naungan langit ini yang lebih jujur daripada Abu Dzar z.� (HR. Ahmad)

Dia adalah orang yang tegas, pemberani, dan sangat kuat berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad n disamping kebenciannya kepada segala bentuk bid�ah dan penyimpangan dari ajaran Nabi shalallahu �alaihi wasallam . Dia adalah orang yang penyayang terhadap orang-orang lemah dari kalangan faqir dan miskin. Yang pada hari ini kita sangat butuh kepada orang-orang yang beruswah kepada Abu Dzar z, dengan kejujurannya, zuhudnya, penyayang terhadap faqir miskin, tidak mau menjilat/dekat dengan penguasa dan tidak takut dengan celaan orang yang mencela dalam mendakwahkan al haq.

Abu Dzar zsangat memegang teguh wasiat Nabi berikut ini:

�Telah berwasiat kepadaku orang yang amat aku cintai yakni Rasulullah shalallahu �alaihi wasallam dengan tujuh perkara : Beliau memerintahkan aku untuk mencintai orang-orang miskin dan mendekati mereka, dan beliau memerintahkan aku untuk selalu melihat keadaan orang yang lebih menderita dariku. Beliau memerintahkan kepadaku untuk tetap menyambung silaturrahim walaupun karib kerabatku itu memboikot aku, dan aku diperintahkan untuk tidak meminta kepada seseorangpun untuk memenuhi keperluanku. Demikian pula aku diperintahkan untuk mengucapkan kebenaran walaupun serasa pahit untuk diucapkan, dan aku tidak boleh takut cercaan siapapun dalam menjalankan kebenaran. Aku dibimbing olehnya untuk selalu mengucapkan la haula wala quwwata illa billah (tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan bantuan Allah), karena kalimat ini adalah simpanan perbendaharaan yang diletakkan di bawah Arsy Allah�. (HR. Ahmad)

Duhai, betapa berat untuk istiqamah di atas kebenaran. Di zaman pemerintahan Utsman bin Affan yang penuh limpahan barokah dan ilmu Al Qur�an dan As Sunnah serta masyarakat yang diliputi oleh kejujuran dan ketaqwaan, sempat ada orang (yakni Abu Dzar) memilih hidup menyendiri sampai dijemput mati. Apalagi di zaman ini, masyarakat diliputi oleh kejahilan tentang ilmu. Masyarakat yang jauh dari ketaqwaan, sehingga para pendustanya amat dipercaya dan diikuti, sedangkan orang-orang yang jujur justru dianggap pendusta dan dijauhi. Kalaulah tidak karena pertolongan, petunjuk dan bimbingan Allah, niscaya kita semua di zaman ini akan binasa dengan kesesatan, kedustaan dan pengkhianatan serta fitnah yang mendominasi hidup ini. Tapi ampunan dan rahmat Allah jualah yang kita harapkan untuk mengantarkan kita kepada keridha�an-Nya.

Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan, Ketika Maut hendak menjemput, Abu Dzar menasehati istrinya : �Jangan engkau menangis, karena aku telah pernah mendengar Rasulullah shalallahu �alaihi wasallam bersabda di suatu hari dan aku ada di samping beliau bersama sekelompok orang yang lainnya. Beliau bersabda: �Sungguh salah seorang dari kalian akan meninggal dunia di padang pasir yang akan disaksikan oleh sekelompok kaum Mu�minin�.

Kemudian Abu Dzar melanjutkan nasehatnya kepada istrinya: �Ketahuilah olehmu, semua orang yang hadir bersama aku waktu itu di hadapan Rasulullah shalallahu �alaihi wasallam, telah mati semua di kampung dan desanya. Dan tidak tertinggal di dunia ini dari yang hadir itu kecuali aku. Maka sudah pasti yang akan mati di padang pasir seperti yang dikabarkan oleh beliau itu adalah aku. Oleh karena itu sekarang engkau lihatlah ke jalan. Engkau pasti nanti akan melihat apa yang aku katakan. Aku tidaklah berdusta dan aku tidak didustai dengan berita ini�.

Istrinya menyatakan kepadanya: �Bagaimana mungkin akan ada orang yang engkau katakan, sedang musim haji telah lewat ?!�.

Abu Dzar tetap meyakinkan istrinya untuk melihat ke arah jalan: �Lihatlah jalan!�. benarlah perkataan Abu Dzar. rombongan itupun berhenti didepannya kemudian bertanya : Mengapa engkau ada di sini ? Maka perempuan itupun menyatakan kepada mereka: �Di sini ada seorang pria Muslim yang hendak mati, hendaknya kalian mengkafaninya, semoga Allah membalas kalian dengan pahalaNya�. Maka merekapun menanyainya: �Siapakah dia ?� Perempuan itu menjawab: �Dia adalah Abu Dzar�. Mendengar jawaban itu mereka berlarian turun dari kendaraannya masing-masing menuju gubuknya Abu Dzar. Dan ketika mereka sampai di gubuk itu, mereka mendapati Abu Dzar sedang terkulai lemas di atas tempat tidurnya. Tapi masih sempat juga Abu Dzar memberi tahu mereka : �Bergembiralah kalian, karena kalianlah yang diberitakan Nabi sebagai sekelompok kaum Mu�minin yang menyaksikan saat kematian Abu Dzar�. Kemudian Abu Dzar menyatakan kepada mereka : �Kalian menyaksikan bagaimana keadaanku hari ini. Seandainya jubbahku mencukupi sebagai kafanku, niscaya aku tidak dikafani kecuali dengannya. Aku memohon kepada kalian dengan nama Allah, hendaklah janganlah ada yang mengkafani jenazahku nanti seorangpun dari kalian, orang yang pernah menjabat sebagai pejabat pemerintah, atau tokoh masyarakat, atau utusan pemerintah untuk satu urusan�.

Dengan penuh kegembiraan, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya, selamat jalan wahai Abu Dzar untuk menemui Allah dan Rasul-Nya yang amat engkau rindukan. Beristirahatlah engkau di sana. Jenazah Abu Dzar dirawat oleh pemuda Anshar pilihan Abu Dzar, dan segera dishalati serta dikuburkan oleh kafilah tersebut di Rabadzah.

(Disarikan dari : Suwar Min Hayati Shahabah, hal. 140-148. Zaujati Shahabah, hal. 40-53, kutubul hadits, Maktabah syamilah,)






KESETARAAN GENDER

Mungkin kita bertanya-tanyatatkala menjelang tengah malam melewati suatu ruas jalan di luar kotakok macet. Setelah berhasil melewati kemacetan itu, barulah tahu ternyata disebabkan ribuan manusia yang keluar dari sebuah pabrik garment, ribuan yang lain masuk, agaknya sedang terjadi pergantian shift kerja. Sebagian besar wanita.

Kesetaraan Gender dalam Bantuan dan Investasi Asing

Masuknya investasi asing ke negara-negara berkembang merupakan langkah lanjut liberalisasi dalam bidang ekonomi. Paham liberalisme, meniscayakan mereka yang dengan bakat dan keahliannya di bidang ekonomi untuk memiliki modal dan terus memperbesar modalnya tanpa batas.

Para pemilik modal itu, baik di-personifikasi-kan oleh goverment, atau semi-goverment seperti IMF, World Bank, maupun pihak swasta, mereka pasti punya kepentingan. Apakah kepentingan itu murni ekonomi, atau kepentingan lain jangka panjang yang disembunyikan, yang pasti bukan demi menolong negara dan penduduknya yang sedang mereka pinjami, meskipun mereka menamakannya bantuan, atau bahkan �hibah� sekalipun.

Mereka tidak melakukan investasi modal tanpa syarat, �tidak ada makan siang gratis�. Syarat-syarat itu diantaranya : demokratisasi di bidang politik, menghilangkan hambatan biaya masuk dalam bidang perdagangan dan kesetaraan gender. Yang dimaksud persyaratan kesetaraan gender, bahwa bantuan atau investasi yang dikucurkan harus memberi konsesi ruang keterlibatan wanita dalam proyek yang dimaksud. Jika dalam bentuk pembukaan pabrik, maka pabrik itu harus memperkerjakan sekian persen tenaga kerja wanita. Jika bantuan kepada goverment, maka pemerintah tersebut harus punya political will untuk keterlibatan lebih luas bagi wanita dalam berbagai ruang publik.

Mengapa? Semua produk barat dalam seluruh aspeknya, tumbuh dari spirit liberalisme, penjebolan terhadap norma-norma agama dan pemberontakan sistem politik monarchi. Maka seluruh turunan produknya, secara otomatis pasti mengandung nafas dan detak jantung kehidupan paham liberal, baik transparan maupun hidden agenda, agenda terselubung.

Sikap Kebanyakan Goverment terhadap Bantuan dan Investasi Asing

Pemerintahan di negara-negara berkembang, mayoritas bersikap inferior. Mereka selalu berharap agar negaranya menjadi tujuan menarik investasi modal asing. Agar menjadi negara yang eksotik sebagai tujuan investasi, mereka berusaha mati-matian mencitrakan diri sebagai negara dengan pemerintahan yang stabil jauh dari gonjang-ganjing politik, kondisi keamanan mantap tidak ada gangguan aksi terorisme dan kemudahan regulasi peraturan yang membuat investor merasa nyaman.

Di sisi lain, para politisi yang memerintah itu, mengambil keuntungan dari hidupnya perputaran ekonomi, berkurangnya jumlah pengangguran karena terserap oleh perusahaan yang ber-investasi tersebut,� dan yang terpenting, jika pemerintahannya stabil,pertumbuhan ekonomi positif, hal itu (juga) merupakan investasibagi para politisi itu untuk masuk bursa pencalonan lagi periode selanjutnya.

Jadi, ilustrasi yang digambarkan pada awal tulisan ini, sejatinya bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan tetapi by design, setidaknya bagi para investor. Mereka sadar betul bahwa uang yang mereka miliki adalah kekuatan.Uang merupakan alat penjajahan baru yang efektif. Disatu sisi mereka dapat menekan para peminjam dengan menggunakan modal yang dimiliki, disisi lain negara terjajah tidak begitu sadar bahwa sejatinya mereka berada dalam penjajahan bentuk baru yang lebih halus.

Begitu halusnya, sehingga dapat meminimalkan perlawanan penduduk terjajah, karena mereka tidak merasa terjajah, bahkan merasa dibantu. Meskipun dalam jangka panjang mereka merasakan akibatya;mereka tergantung kepada asing, posisi tawar mereka rendah di hadapan pemberi hutang, kekayaan alam mereka terkuras habis, antara biaya hidup dan pendapatan makin jauh jaraknya, sementara hutang negara terus terakumulasi.

Kerusakan Institusi Keluarga Akibat Kesetaraan Gender Kaum Liberal

Salah satu prinsip yang diusung oleh negara-negara penganut paham kebebasan adalah kesamaan derajat antara kaum laki-laki dan wanita. Konsep kebebasan yang mereka anut pun, bukan konsep berbagi tugas sesuai dengan fitrah dan bersekutu pahala seperti dalam Islam. Kebebasan yang mereka tuntut adalah kebebasan dalam nuansa pemberontakan seperti pada awal kelahiran liberalisme di akhir abad 18 masehi.

Mereka menginginkan kesamaan hak penuh antara laki-laki dan perempuan, berebut kesempatan yang sama dimana kaum laki-laki berkiprah. Mereka menuntut bebas keluar rumah, bebas bekerja, bebas mengelola hasil kekayaan mereka sendiri, bebas menentukan pasangan hidup, bebas menentukan untuk tidak terikat dengan ikatan pernikahan, bebas ber-ekspresi tanpa terikat oleh norma-norma agama yang dalam pandangan mereka membelenggu. Juga hak di dalam bidang politik.

Sebagian yang mereka tuntut, pada dasarnya hak itu diakui oleh Islam, seperti mengelola dan men-tashorruf-kan (mendistribusikan) hartanya sendiri (hasil usahanya, hibah dari orang lain maupun warisan). Islam tidak menghalangi mereka untuk membelanjakannya dalam perkara-perkara yang ma�ruf. Tetapi banyak tuntutan lain yang sejatinya keluar dari fitrahnya dan merusakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat muslim dalam jangka panjang.

Tuntutan kaum wanita atas nama emansipasi seperti kampanye kaum liberal yang mengaku Islam, kesetaraan gender, atau apapun, ketika keluar dari fitrahnya, akan meruntuhkan sendi-sendi masyarakat Islam. Kebebasan itu ber-implikasi langsung tidak terurusnya anak-anak dan suami mereka, rumah tangga mereka menurun kualitas dan intensitas komunikasinya, kasih sayang mengering, akhirnya ikatan keluarga terburai. Terampasnya ruang kaum lelaki untuk bekerja, akibat terisinya peluang kerja tersebut oleh kaum wanita, apalagi sering kali bayaran yang dikeluarkan untuk mereka lebih kecil dibandingkan jika memperkerjakan laki-laki.

Keluarnya mereka juga berakibat terjadinya ikhtilath, bercampurnya kaum laki dan kaum wanita dalam pekerjaan dan interaksi intensif antara laki-laki dan wanita dalam durasi yang panjang dan frekuensi yang terus terulang, menimbulkan masalah baru seringnya terjadi pelanggaran moral dan agama. Disisi lain, intensitas dan kualitas hubungan mereka dengan suami dan anak-anaknya semakin menurun. Hal ini meniscayakan kemerosotan kualitas institusi keluarga sebagai basis pengkaderan generasi dan efeknya pasti akan terasa dalam jangka panjang. Pendirian pabrik-pabrik, selalu diikuti dengan menjamurnya mess-mess pekerja di sekitar pabrik untuk menampung buruh yang tempat tinggalnya jauh. Interaksi sosial sesama mereka dan kebutuhan-kebutuhan biologis mereka, disertai rendahnya tingkat pendidikan dan kehidupan keber-agama-an mereka, sering berimplikasi merosotnya kualitas moral dan terjadinya pelanggaran etika.Apalagi, atas nama efisiensi, banyak pabrik yang membagi shift kerja hingga tiga daur dalam 24 jam, dan tidak mengecualikan pekerja wanita dalam daur shift tersebut. Masih atas nama kesetaraan gender tadi.Sulit sekali untuk memandang masalah ini sebagai suatu kebetulan, mengingat latar belakang ideologi yang dianutnya, sejarah pertumbuhannya dan segala aspek yang melingkupi.

Barat sendiri menyadari keruntuhan moral dalam kehidupan masyarakat mereka. Tetapi nyatanya mereka tetap meng-eksport cara hidup itu dengan berbagai bentuk kekuatan dan tekanan agar dapat diterima. Tampaknya barat tidak mau tercebur jurang sendirian. Sedihnya, para penguasa di negara-negara berkembang yang mayoritas Islam itu tidak menyadari bahaya tersebut. Semua disebabkan karena mata hati mereka tertutup oleh tujuan-tujuan politis yang membutakan itu,wal-�iyaadzu billah.






RIYA YANG MENGHANCURKAN

Hidup di zaman modern yang disesaki berbagai piranti canggih, betapa susahnya mengontrol diri untuk tidak riya�. Bukan berarti hidup di zaman dahulu, di mana berbagai piranti itu belum ada, keinginan untuk berbuat riya� mudah dikontrol. Tidak. Riya� adalah sebentuk keinginan negatif yang diletikkan oleh setan semenjak dahulu hingga sekarang ke dalam hati manusia untuk menggelincirkan mereka dari jalan Allah ta�ala. Keinginan itu sejatinya telah ada semenjak dahulu. Hanya saja keinginan itu kini tampaknya datang lebih kuat dan intens.

Karena itu, betapa gampangnya sekarang didapatkan seseorang berbuat suatu amal kebajikan -sebut saja sebagai misal: bakti sosial membantu sesama yang tengah ditimpa bencana- yang beritanya cepat tersebar ke mana-mana. Tidak hanya tersebar di lokasi di mana kejadian itu berlangsung saja, namun juga tersebar ke berbagai sudut dunia yang jauh. la bisa tersebar dengan demikian cepat melalui radio, televisi, internet, koran, dan media lain yang masih banyak lagi. Piranti-piranti canggih itu memungkinkan seolah tidak ada sejengkal pun tempat di dunia ini yang bisa luput dari jangkauan berita yang disebarkannya secara massive dan bertubi.

Modernitas memang acap menimbulkan dilema. Acap pula menjadi pisau bermata dua. Sisi positif dan negatifnya -dalam konteks ini keinginan antara berbuat riya� atau tidak- bertarung untuk saling mendominasi di dalam hati. Yang lantas menjadi

Pertanyaan sekarang adalah: bagaimana memenangkan dominasi keinginan untuk tidak berbuat riya� itu? Langkah apa saja yang bisa ditempuh?

Mencari Kedudukan

Riya� , merujuk pada keterangan DR. Ahmad Farid dalam Al-Bahrur Raiq fiz Zuhdi war Raqaiq berasal dari kata ru�yah (melihat). Riya� � diartikan dengan, mencari kedudukan di hari orang lain dengan memperlihatkan amalan dan perilaku yang baik. Kedudukan itu bisa berbentuk pujian, sanjungan, penghormatan dan citra baik bagi si pelaku amal.

Biasanya, motif yang melatarbelakangi perbuatan riya� itu ada tiga. Pertama, motif untuk mengukuhkan kemaksiatan. Seperti orang yang menampak-nampakkan ibadah, taqwa dan wara� nya agar ia dikenal sebagai seorang yang baik dan amanah. Itu ia lakukan supaya orang-orang mau mempercayakan pengurusan masalah harta kepadanya. Setelah, ia pun lalu melakukan tindak kejahatan terhadap harta benda tersebut. Di sini, ia melakukan riya�nya itu dengan maksud untuk memuluskan kemaksiatan yang lain, semisal korupsi atau mencuri.

Kedua, ingin memperoleh keuntungan duniawi. Seperti misalnya orang yang menampak-nampakkan ilmu dan ibadahnya agar ada orang yang mau memberikan imbalan materi kepadanya. Riya� itu ia lakukan tidak lain agar la mendapatkan keuntungan materi. Riya� nya adalah tunggangan baginya untuk mengelabui orang lain demi untuk mendapatkan sesuatu dari mereka. Jenis riya� ini sangat berbahaya lantaran adalanya motif tidak benar dari si pelaku untuk memperoleh sesuatu dengan menampak-nampakkan ketaatannya kepada Allah ta�ala.

Dan motif ketiga, riya� karena tidak ingin direndahkan orang lain. Seperti seseorang yang menampak-nampakkan ketekunannya beribadah kepada orang lain agar mereka tidak memandangnya secara rendah sebagai orang awam kebanyakan yang tidak mempunyai prestasi apa-apa. Tapi agar ia bisa dipandang sebagai seorang ahli ibadah yang banyak bertaqarrub kepada Allah ta�ala.

Berbuat riya�, apapun jenis motif yang ada di belakangnya, akan merusak agama seseorang. ltu karena riya� dapat menghancurkan pahala pahala amal ibadah. Seseorang yang beribadah, yang motif dalam melakukannya adalah riya�, kelak tidak akan mendapatkan nilai guna apapun dari ibadahnya tersebut. Allah memberitahukan,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir � (QS. Al Baqarah: 264).

Di dalam sebuah hadits shahih riwayat Muslim disebutkan, bahwa kelak di hari kiamat Allah akan mula-mula mengadili tiga kelompok orang yang dijanjikan akan memperoleh pahala besar. Mereka itu adalah orang-orang yang ingin mati syahid, para ahli al-Qur�an dan ahli sedekah. Terhadap orang yang mati syahid, Allah mengingatkan perihal nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepadanya dan ia pun mengakuinya. Allah bertanya kepadanya, �Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu?� Ia menjawab, �Aku berperang di jalan-Mu hingga mati syahid.�

Allah menyanggahnya, �Engkau berdusta! Sebaliknya engkau berperang agar orang-orang menyebutmu pemberani! Dan itu sudah dikatakan oleh mereka!� Allah lalu memerintahkan agar orang tersebut diseret di atas mukanya kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Di kelanjutan hadits disebutkan bahwa kejadian yang serupa juga menimpa kelompok manusia yang kedua dan ketiga. Naudzubillah!

Bahkan dalam sebuah hadits lain Rasulullah shalallahu �alaihi wasallam juga memberitahukan sangsi memalukan yang akan didapatkan oleh orang yang berbuat riya� . Beliau bersabda,

�Orang yang berbuat sumah (ingin didengan orang lain), maka Allah akan memperdengarkannya. dan siapa yang berbut riya, Allah akan memperlihatkannya.� (HR. Bukhari dan Muslim)

Memupuk Keikhlasan

Benar bahwa riya� adalah gangguan hati yang sangat kuat dan berbahaya. Tapi sesungguhnya gangguannya itu bisa dipunahkan, seperti disebutkan oleh Faishal Ali al-Ba�dani dalam Qaidatul lnthilaq wa Qaribura Najat, tidak lain adalah keikhlasan. Bila riya� telah mendominasi hati seseorang ketika melakukan suatu amal kebajikan, maka untuk memunahkannya adalah memeranginya dengan cara mengikhlaskan amal kebajikan tersebut hanya untuk Allah ta�ala semata.

lkhlas maknanya adalah keinginanan seseorang dalam melakukan suatu amal ibadah semata untuk menjadikannya sebagai media bertaqarrub kepada Allah. Bukan untuk tujuan lain di luar itu, semisal mencari pujian atau dipuji orang lain. Ikhlas adalah keinginan yang tulus lillahi ta�ala. Dan hati yang seluruh keinginannya bisa dikondisikan seperti ini manakala pemiliknya melakukan amal ibadah adalah hati yang bisa terselamatkan dari belitan jaring-jaring setan.

Allah berfirman yang artinya, �Iblis berkata: �Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma�siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.� (QS. Al-Hijr: 39-40)

Karena riya tak henti-hentinya diletikkan setan ke dalam hati manusia. Mulai dari keinginan ibadah tersebut muncul dan pada saat beramal. Bahkan, saat amal tersebut sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya. Sebenarnya ada beberapa cara untuk menjaga keikhlasan tersebut:

Pertama, Menguatkan ubudiyah kepada Allah, dzat yang maha pemurah yang akan membalas kebaikan kita melebihi daya yang kita kerahkan untuk merealisasikan ibadah tersebut. Kedua, memahami hakikat keikhlasan secara mendalam. Pemahaman yang mendalam tentang hakikat keikhlasan akan menggiring seseorang untuk lebih mudah bersikap ikhlas. Ketiga, mengingat-ingat ganjaran antara ikhlas dan riya� dalam beramal. Dengan senantiasa mengingat-ingat dan membanding-bandingkan keduanya, dimungkinkan keinginan untuk selalu berlaku ikhlas menjadi terus bergelora.

Keempat, bermuraqabah dan bermujahadah. Maksudnya, menghadirkan perasaan bahwa Allah lah yang menyaksikan amal kita dan membalasnya. Kemudian melakukan amalan tesebut semaksimal dan sebaik mungkin. Kelima, memohon petolongan kepada Alah agar selalu konsisten dalam ikhlas. Ini penting, karena lurusnya keinginan manusia adalah karena maunah Allah. Adapun orang yang mampu ihlas tanpa adanya pertolongan dari Allah adalah omong kosong.

Ketujuh, meninggalkan ujub dan meremehkan orang lain. Kebiasaan seseorang menganggap besar amal kebajikan yang telah dilakukannya dan menganggap kecil amal yang dilakukan orang lain haruslah ditinggalkan. Kebiasaan ini justru hanya akan menyuburkan riya� di dalam hatinya. Kedelapan, berkawan dengan orang-orang baik. Itu karena sangat mungkin orang-orang balk itu bisa membantu untuk tidak berbuat riya�.

Kesembilan, meneladani orang-orang ikhlas. Keteladanan dari orang-orang ikhlas itu bisa difungsikan sebagai contoh bagaimana seseorang berlaku ikhlas secara semestinya. Dan yang terakhir, menjadikan ikhlas sebagai tujuan. Maksudnya, mencanangkan semacam tekad final bahwa tujuan dalam beribadah memang semata lillahi ta�ala, bukan untuk tujuan lain di luar itu.

Langkah-langkah di atas adalah usaha untuk menghilangkan sang perusak pahala. Di samping juga untuk mempersubur keikhlasan. Sebenarnya, orang harus merasa cemas, karena batas antara dosa dan pahala sangat tipis. Yaitu, niat yang ada dalam hati. Sungguh sayang apabila pahala berbagai amal kebajikan yang telah tabung di dunia, dengan mengorbankan waktu, pikiran, harta benda, bahkan nyawanya, tiba-tiba lenyap begitu saja. Bak butiran debu yang diterbangkan angin riya�. Naudzu billah.