TERTIUP ANGIN

Keinginan bukanlah kebutuhan.
Keinginan adalah emosi nafsu yang akan terus membelenggu.
Keinginan mencerminkan sebuah kenyataan akan keserakahan.
Keinginan yang tinggi, terkadang adalah bumerang dalam hati.

Terasa indah memandang sesuatu dengan penuh nafsu untuk memiliki. Tapi jiwa tak bisa membohongi diri, jika nafsu itu mampu melukai hati.

Cinta adalah keinginan yang sulit melepaskannya.
Bagai daun yang tertiup angin, kita sering lupa dan terlena dengan keagungan cinta.
Cinta untuk memiliki, menyayangi, dan mengasihi.

Seperti tertiup angin, hasrat kita terlepas dan terhembus meluap ke awan tinggi.
Sulit menyimpulkan status dari apa yang telah kita lakukan.
Seperti tertiup angin, kita tehempas tanpa rasa, tanpa suka, tanpa duka.
Hanya ada kehampaan dibalik ketidak berdayaan.

Angin yang meniup diri adalah nafsu.
Diri yang tertiup angin adalah kelemahan jiwa membendung nafsu.
Tertiup angin, adalah lemah. Dan kelemahan adalah kekurangan yang perlu kita perbaiki.

Jadilah jiwa yang mengerti segala kata hati.
Dengan rasa suka, gembira, dan penuh canda tawa menghapus semua derita, duka, dan lara.
Seperti rumput yang tak akan tumbang oleh topan.