40
Rudy Harahap, Republika 15 Agustus 2003
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati. Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (surat Al �Ashr).
Seseorang merayakan ulang tahun di hari ini. Dengan mata berbinar, ia meniup nyala lilin yang menunjukkan angka 40. Tepuk tangan mengiringi padamnya nyala lilin. Lalu, para sejawat menyalaminya, sembari mengucapkan, �life begins at 40.� Seseorang yang merayakan ulang tahun tersenyum puas. Ya, kehidupan dimulai pada usia 40!
Kita yang merasa diri modern, agaknya, setuju dengan ungkapan tersebut. Lahir dari rahim kultur Barat, ungkapan itu merefleksikan fase kehidupan anak-manusia. Melewati pengasuhan, seorang anak memulai penempaan dirinya, di bangku pendidikan dasar hingga ke perguruan tinggi. Masa pendidikan ini merupakan persiapan memasuki masa bekerja.
Masa bekerja ini, katakanlah, di saat usia 25. Usia seperti itu sungguh enerjik, penuh vitalitas untuk membangun karier. Budaya Barat yang mengedepankan perencanaan hidup yang matang, menyebabkan seseorang memiliki dinamika yang tinggi didukung kesehatan fisik yang prima untuk mewujudkan rencana hidup (baca: karier).
Lima belas tahun ke depan, selaiknya ia telah berada pada karier yang mapan. Tak mengherankan, pada usia 40, kehidupan seseorang ditentukan: sukses atau gagal. Seseorang yang berhasil mewujudkan impian, meraih karier tertinggi, niscaya tersenyum puas sembari mendesis, �hidup (kesenangan) dimulai di usia 40.�
Seseorang berulangtahun ke-40 hari ini. Tapi, ketika pesta ria usai, apa makna usia 40? Islam sesuai surat Al �Ashr justru tentu tak memberikan batasan waktu. Surat tersebut, berdasarkan pemahaman saya yang awam, menawarkan kesadaran betapa tiap detik waktu kita di bumi beharga. Betapa mereka yang lalai menghiasi waktu dengan kebajikan menjadi sosok yang merugi. Al�Ashr mengingatkan kita betapa sedikit waktu yang dimiliki.
Tak mengherankan, Rasulullah SAW mengingatkan, �Ambillah kesempatan lima sebelum lima: mudamu sebelum tua, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum melarat, hidupmu sebelum mati, dan senggangmu sebelum sibuk� (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi).
Tapi, akankah kehidupan baru dimulai, di usia 40? Kendati Islam mengajarkan setiap detik yang dimiliki beharga untuk menghiasi kehidupan ini dengan amal kebajikan, agaknya, pejalan ruhani pun memaknai (usia) 40. Sayid Muhammad Mahdi Thabathaba�I Bahrul Ulum di bukunya As-Sair Wa As-Suluk (Penerbit Lentera) mengungkapkan, Muhammad diangkat sebagai rasul pada usia 40.
Berdalih akal manusia sempurna pada usia 40 sesuai kemampuannya, ia mengandaikan, perjalanan manusia di alam materi (di antaranya pertumbuhan fisik yang dimulai 0 tahun) berakhir di usia 40. Seiring berakhirnya perjalanan di alam materi, manusia memasuki perjalanan menuju akhirat. Dalam bahasa berbeda, seiring dengan merapuhnya fisik, selaiknya manusia kian mengisi waktunya dengan memperbanyak ibadah (ia mengandaikan dengan �dimulainya perjalanan roh.�).
Berkaitan dengan usia 40 ini, ia mengutip sebuah riwayat, �barangsiapa yang telah mencapai usia 40 tahun dan belum mengambil tongkat, maka ia telah bermaksiat.�Takwil tongkat ialah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju akhirat.
Angka 40, bagi Muhammad Mahdi, pun berkait dengan 40 �maqam� pada suluk yang dimulai dengan �maqam� ikhlas. Ini sesuai dengan Hadis Nabi yang dikutipnya �Barangsiapa mengikhlaskan (amalnya) semata-mata untuk Allah selama 40 hari, maka akan muncul sumber-sumber hikmah dari hati melalui lisannya.�
Mungkin kita belum patut menjadi salik yang mencelupkan diri pada suluk. Namun, dari pelajaran suluk itu, kita dapat memetik tangkai kearifan saat melanjutkan kehidupan di usia 40. Adakah di saat tubuh mulai merapuh sesuai sunnatullah siklus pertumbuhan biologis justru memasuki masa penyurutan di usia 40 kita mulai mengembangkan kekayaan ruhani, kematangan emosi, dengan melipatgandakan peribadatan.
Jangan-jangan terpengaruh budaya Barat, kita enggan menggenggam tongkat, dan mengikuti ungkapan �hidup bersenang-senang dimulai pada usia 40� sehingga tercebur ke genangan maksiat. Seseorang yang berulangtahun ke-40, sudahkah engkau ambil tongkat, untuk memulai perjalanan roh?