Sahabat Sejati


Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya,
"Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"

Temannya sambil tersenyum menjawab,
"Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."
READ MORE - Sahabat Sejati

Arti Warna Pada Bunga Mawar

Siapa yang tak kenal mawar? Yup, sepertinya semua orang mengenal bunga yang melambangkan cinta dan kasih sayang ini. Tapi, tahukah jika setiap bunga mawar yang memiliki warna yang berbeda itu juga memiliki makna yang berbeda-beda pula tergantung warnanya?

Wow, jangan salah. Meskipun jarang kita perhatikan, tetapi nyatanya tiap warna yang berbeda dari bunga mawar ini juga melambangkan makna yang berbeda-beda pula lho?

Mawar Merah

Pada umumnya warna merah itu melambangkan keberanian. Akan tetapi, jika warna merah pada bunga mawar itu melambangkan perasaan cinta dan sayang yang teramat tinggi di antara pria dan wanita.
Hmm,, sedaaaappp..

Mawar Pink

Mawar warna pink juga melambangkan perasaan suka kepada seseorang. Jika kita menyukai seseorang, tidak ada salahnya jika memberikan mawar warna pink kepadanya. Selain itu, makna lain dari warna mawar ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih.

Mawar Putih

Putih itu melambangkan kesucian dan ketulusan. Biasanya mawar putih dikirimkan kepada sahabat atau orang lain untuk menggambarkan ketulusan perasaan kita kepadanya.

Mawar Kuning

Mawar kuning ini mengartikan ungkapan perkenalan. Jadi, mawar kuning sangat cocok digunakan sebagai tanda perkenalan awal kita kepada seseorang. Akan tetapi, terkadang ada juga yang menafsirkan warna kuning ini sebagai perasaan cemburu dan benci. So, hati-hati dalam menggunakannya.
Mawar kuning juga bisa mengartikan fleksibilitas dan kebebasan.

Mawar Hitam

Yup, semua orang juga tahu jika mawar hitam ini adalah simbol kebencian. Punya orang yang dibenci? Kirimkan saja mawar hitam kepadanya untuk mengekspresikan perasaan benci kita kepadanya.

Bunga mawar itu pada dasarnya adalah ungkapan perasaan cinta dan sayang kita kepada seseorang. Akan tetapi, jangan sampai kita salah mengekspresikan perasaan kita karena salah mengirimkan warna bunga mawar kepada orang lain.
So, have a nice choice..
READ MORE - Arti Warna Pada Bunga Mawar

Garam dan Telaga


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dengan air muka yang kusut. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. la lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya", ujar Pak tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu sambil meludah ke samping.

Pak tua itu, sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air sehingga mengusik ketenangan telaga itu.
"Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah�, ujar Pak tua itu kepada tamunya. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?".
"Segar", sahut tamunya.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak tua lagi.
"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. la lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.
"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam" untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
READ MORE - Garam dan Telaga

Hidup Adalah Ekspresi

Hidup itu indah. Begitu ungkapan yang biasanya orang bilang. Bagian sebagian orang, hidup ini terlalu kecil untuk diagung-agungkan. Akan tetapi, bagi sebagian lainnya hidup ini teramat indah untuk disia-siakan. Yup, itulah realita manusia dalam menyikapi hidupnya.
Yang jelas, hidup ini benar-benar indah untuk kita semua. Karena Tuhan pun tidak akan memberikan kita anugerah kehidupan yang tak lengkap dengan segala keindahannya bukan?

Hidup ini penuh dengan ekspresi. Kita bernyanyi, tertawa merasakan bahagianya hidup di dunia.
Sempat terlintas dibenakku kenapa masih saja ada orang yang mengutuk kejamnya dunia ditengah kemungkinan indahnya kebahagiaan kehidupan yang kita nantinya juga bisa untuk kita rasakan? Yup, sekali lagi inilah ekspresi hidup. Hidup itu penuh ekspresi.

Kita pasti bingung, bagaimana mengartikan ekspresi hidup kita ini. Mudah ko�, cukup pejamkan mata, rasakanlah apa yang kita rasakan dalam hati dan pikirkanlah apa yang sedang ada dipikiran kita. Jika sudah, maka ekspresikanlah. Entah itu menulis, bernyanyi, menari, berlari, semua hal tentunya yang ingin kita ungkapkan dari diri kita. Nah, begitulah cara kita mengekspresikan hidup. Mudah bukan?

Jika kita adalah orang yang cukup bijak menyikapi hidup, pertama pahami dan hargailah diri kita sendiri. Sadar atau tidak, diri kita itu juga butuh akan sebuah pengakuan, penghormatan, dan penghargaan. Luapkan atau ekspresikan apapun segala kebaikan yang ada dalam diri kita. Dengan demikian, diri kita akan menjadi lebih mudah dan ringan untuk menjalani hidup. Hidup tanpa beban, karena semua hal telah kita ekspresikan. Perasaan kita lega, pikiran kita pun akhirnya menjadi tenang.

Tertarik mencobanya?
Lakukanlah sekarang!
Selamat berekspresi kawanku semua . .
READ MORE - Hidup Adalah Ekspresi

MELAYANI PESANAN GIGI PALSU

MINI DENTAL LAB













































































DIATAS ITU CONTOH2 GIGI PALSU .BURUAN PESAN BIAR TAMBAH AWET MUDA..........................HUB SUCIPTO NMR TLP 085646833214 OR LANGSUNG KEKANTOR MINI DENTAL LAB .OFFICE/RESIDENCE:JL.GUBENG MASJID TIMUR SGO NO 4H SURABAYA TELP:0315039551 HP 081330708924 081553013022.MENGERJAKAN ACRILIC DENTURE,ORTHODHONTIC,KONSERVASI,VARPLAS,COMPOSIT ADURO
READ MORE - MELAYANI PESANAN GIGI PALSU

MELAYANI PESANAN







































































DIATAS ITU CONTOH2 GIGI PALSU .BURUAN PESAN BIAR TAMBAH AWET MUDA..........................HUB SUCIPTO NMR TLP 085646833214 OR LANGSUNG KEKANTOR MINI DENTAL LAB .OFFICE/RESIDENCE:JL.GUBENG MASJID TIMUR SGO NO 4H SURABAYA TELP:0315039551 HP 081330708924 081553013022.MENGERJAKAN ACRILIC DENTURE,ORTHODHONTIC,KONSERVASI,VARPLAS,COMPOSIT ADURO





MELAYANI :PESANAN ALAT2 ELEKTRONIKA+SERVIS


:PESANAN DEGAN HIJAU@3500 MIN 200 BIJI BEBAS ONGKOS KIRIM


:PESANAN GULA MERAH 1Kg(Rp.7100)BEBAS ONGKOS KIRIM


: MENERIMA PENJUALAN KERTAS BEKAS(min 6 kwintal)INSYA DIBELI DG HARGA TINGGI



DISINI JUGA MENYEDIAKAN TIGRIS ADALAH MINUMAN AIR TEKNOLOGI R-O PLUS INFRARED,BIO ENERGY,BIO RESONANSI EXTRA OXIGEN,BIO MAGNETIK JDI AIR HEXANOL TERBUKTI SEMBUHKAN:DARAH TINGGI,KOLESTEROL,ASAMURAT,ASMA JANTUNG DAN GINJAL DLL MURAH CUMA Rp 35000/BOTOL 600ml




HUB:SUCIPTO
TLP:085646833214 or
082142831890
READ MORE - MELAYANI PESANAN

RENUNGAN HATI


batu yang sujud

JAGA 7 SUNNAH NABI

Cerdasnya
orang yang beriman adalah, dia yang mampu mengolah hidupnya yang
sesaat, yang sekejap untuk hidup yang panjang. Hidup bukan untuk hidup,
tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati
itulah untuk hidup.
Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati,
tapi rindukan mati. Karena, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah
SWT. Mati bukanlah cerita dalam akhir hidup, tapi mati adalah awal
cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.
Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah
Nabi SAW itu adalah:

Pertama, Tahajjud
karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua, membaca Al-Qur�an sebelum terbit matahari
Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur�an
terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga,
Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu shubuh. Sebelum melangkah
kemana pun langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat
keberkahan, bukan karena panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang
mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat,
jaga shalat Dhuha karena kunci rezeki terletak pada shalat dhuha.

Kelima
jaga sedekah setiap hari.
Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan
kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Keenam
jaga wudhu terus menerus karena Allah menyayangi hamba yang
berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, �Orang yang selalu berwudhu
senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia sedang tidak shalat,
dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya
Allah�.

Ketujuh, amalkan istighfar setiap saat.
Dengan istighfar masalah yang terjadi karena dosa kita akan dijauhkan oleh
Allah.
Dzikir, kata Arifin Ilham, adalah bukti syukur kita kepada Allah.
Bila kita kurang bersyukur, maka kita kurang berdzikir pula, oleh
karena itu setiap waktu harus selalu ada penghayatan dalam melaksanakan
ibadah ritual dan ibadah ajaran Islam lainnya.
�Dzikir merupakan makanan rohani yang paling bergizi,� katanya, dan
dengan dzikir berbagai kejahatan seperti narkoba, KKN, dan lainnya
dapat ditangkal sehingga jauhlah umat manusia dari sifat-sifat hewani
yang berpangkal pada materialisme dan hedonisme.







BERUSAHA MELUPAKAN JASA KITA

Semakin kita sering
menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi
menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap
agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita
sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri
mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.
Ketahuilah bahwa
semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak
kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi
tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak
menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan
terkecewakan
karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di
akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu
beramal bukan karena Allah.

Selayaknya kita
menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain,
sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita
dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih
menjadi
jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan
itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat
ganjarannya.

Jadi, ketika ada
seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, seberulnya
bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang
menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat
berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala
untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya.
Namun, andaikata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat
menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan
kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya
(seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai
tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk
orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.

Juga, tidak
selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan,
mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa
berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada
anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu
bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak
sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya
lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.

Percayalah bahwa
kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru akan
bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik,
Insya Allah. Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan
menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.
Seorang guru juga
harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya.
Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang
itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap
kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi
ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita
boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur
bukan ujub dan takabur.
Perlu lebih
hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah
seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal
untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang
dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan
menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.

Andaikata ada
sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup
dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak
berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun
tidak
sama sekali.. andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan
dengan
acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka
lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak
berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap
balasan dari makhluk.
Seharusnya yang
kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini
diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil
yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya,
niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau
diri
ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan
mendorong apa?

Takdir mendorong
mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan
niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang
mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di
perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.
Mari kita
bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan
sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah
melakukannya, cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya.
Allah
SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang
sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang
yang
ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai
menyembunyikan aib-aibnya.

Selamat berbahagia
bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan
kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih ringan,
dan
lebih indah. Insya Allah.***







CAHAYA PENDERITAAN

Salah satu yang kita takuti dalam hidup ini adalah penderitaan. Kita
menghabiskan uang sekedar ingin menghindar dari penderitaan karena seringkali
kita mengidentikkan penderitaan sebagai hukuman, kesalahan, azab, dosa dan
hal-hal yang menakutkan. Itulah sebabnya begitu kita terkena penyakit kronis,
keluarga berantakan, terkena PHK, mulailah duka cita muncul menakutkan hidup
kita.

Bila kita sudah dalam tahap ridha terhadap kasih sayang Allah, penderitaan
bukanlah hukuman, bukan kesalahan, bukan azab dan juga bukan dosa. Penderitaan
adalah cahaya agar kita kembali kehadiratNya.

Bila kita hidup hanya diisi dengan suka cita, kebahagiaan, kegembiraan,
kesenangan maka kita akan terus menerus melekat dengan urusan duniawi serta
berputar tiada habisnya. Perpisah dengan yang menyenangkan, berkumpul dengan
yang menjengkelkan, itulah samudra penderitaan. Itulah sebabnya bagi
orang-orang mukmin tidak menghindar dari penderitaan malam memilih berenang dan
menyelam disamudra penderitaan. Kemudian menyimpulkan bahwa ada keindahan di
dalam duka cita.

Lihatlah orang-orang mukmin dengan berbekal keikhlasan dan keridhaan dengan
kekhusyukannya dalam sholat malam semakin dengan dengan cintaNya Allah
Subhanahu Wa Ta'ala. Disamping menemukan ketenteraman di dalam hatinya juga
tumbuh sifat cinta dan kasih sayang. Orang yang menjengkelkan dengan suka
mencaci maki senyatanya mereka adalah orang yang menderita. Jika kita sudah
menemukan cahaya di dalam penderitaan maka kita tidak akan bisa marah namun
malah welas asih yang menyirami hati kita karena kita tahu semua itu datangnya
dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Janganlah engkau bersikap lemah dan janganlah pula engkau bersedih hati.
Padahal engkaulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Jika engkau
orang-orang yang beriman.' (QS. ali-Imran : 139).










MEMAHAMI JIWA

Al Qur'an maupun Hadis banyak sekali menyebut manusia, menyangkut status, hak dan kewajiban, sifat serta kecenderungannya. Dalam al Qur'an manusia disebut dengan nama (1) insan, ins, nas atau unas, (2) basyar, dan (3) bani Adam atau zurriyat Adam. Menurut kebanyakan tafsir, manusia sebagai basyar lebih menunjukkan sifat lahiriah serta persamaannya dengan manusia lain sebagai satu keseluruhan sehingga Nabipun seperti yang tersebut dalam (Q/18:110) disebut sebagai basyar seperti manusia yang lain, hanya saja kepada Nabi diberi wahyu yang membuatnya berbeda dengan basyar yang lain .Sedangkan nama insan yang berasal dari kata uns yang berarti jinak, harmoni dan tampak, atau dari kata nasiya yang artinya lupa, atau dari kata anasa yanusu yang artinya berguncang menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya.Manusia dalam pengertian sebagai insan inilah yang memiliki problem-problem kejiwaan, karena kapasitas dan kualitas jiwa tiap orang berbeda-beda. Perbedaan manusia antara yang satu dengan yang lainnya bisa merupakan perbedaan fisik, bisa juga perbedaan mental dan kecerdasan. Dalam konteks terapan (konseling misalnya), pembahasan yang relevan tentang manusia adalah sebagai insan, yakni pada sisi dalam (jiwa) yang ada pada setiap manusia yang mempengaruhi perilakunya, yang mempengaruhi cara berfikir dan cara merasanya. Ada dua status yang disandang manusia seperti yang disebut dalam al Qur'an, menggambarkan kebesaran sekaligus kelemahan manusia, yaitu status sebagai khalifah Allah (Q/2:30, Q/38:29) dan sebagai hamba Nya atau 'abd Allah (Q/2:221, Q/16:77). Dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, manusia adalah kecil dan lemah, karena ia hanya sebagai hamba Nya atau 'abd Allah, sedangkan dalam hubungannya dengan sesama ciptaan Allah di muka bumi ini, manusia memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, yaitu sebagai KhalifahNya, sebagai wakilNya dimana ia diberi tanggung jawab untuk atas nama Tuhan menegakkan hukum-hukumNya di muka bumi ini, dan sebagai imbalannya, seluruh isi bumi ini diserahkan pengelolaan dan pemanfaatannya untuk manusia. Jadi manusia menurut al Qur'an adalah besar pada satu dimensi, dan kecil menurut dimensi yang lain. Dari dua dimensi yang kontras inilah maka manusia dalam merespond suatu masalah terkadang berjiwa besar, sportip, bertanggung jawab, siap memberi dan berani, tetapi di kala yang lain ia berjiwa kecil, penakut, curang, tidak bertangung jawab dan putus asa. Manusia memang unik, ia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu, baik yang positip maupun yang negatip, dan diantara tarik menarik positip-negatip itulah sebenarnya hakikat kemanusiaan manusia diuji kualitasnya. Fungsi jiwa adalah untuk berfikir, merasa dan berkehendak. Bagaimana kualitas ataupun corak kejiwaan seseorang dapat dilihat dari cara berfikir dan cara merasanya. Dalam al Qur'an, aktifitas berfikir dan merasa dihubungkan dengan apa yang disebut dengan nafs (jiwa), qalb (hati), bashirah (hati nurani) dan 'aql (akal), syahwat dan hawa.. Jiwa manusia bekerjanya bersistem, dapat disebut sebagai sistem nafsani, dengan akal,hati,nurani,syahwat dan hawa sebagai sub sistemnya.








MENGHAYATI HIDUP DENGAN KASIH SAYANG

Secara psikologis orang yang sehat adalah orang yang mampu mendermakan cinta pada sesamanya. Sedangkan orang yang hatinya dipenuhi rasa permusuhan, dengki, cemburu dan kebencian semuanya merupakan beban mental yang menjurus pada penyakit kejiwaan. Dalam Islam, penghayatan kasih sayang digunakanlah istilah ridha. Pengertian ridha adalah sikap yang didasari pengetahuan, kesadaran dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah meluap memenuhi ruang dan waktu. Sesungguhnya hidup kita dalam lingkup kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ridha akan selalu berpikir positif terhadap hidup karena dibalik fragmen kehidupan terkadang ada adegan-adegan yang pahit dan buram mekipun terkandung hikmah dari pancaran kasih sayang Allah. Bagi orang yang mencapai derajat ridha akan selalu melihat hikmah dibalik musibah maupun cobaan. Setiap musibah menyimpan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, Allah melimpahkan kasih sayangNya. Dan kemungkinan kedua, karena kelalaian manusia itu sendiri. Dengan demikian ritme hidup kita ditandai dengan dialektika rasa syukur dan sikap sabar. antara harapan dan kecemasan, antara kelegaan dan penyesalan. Namun semua itu bagi orang yang ridha akan dihadapinya dengan sikap optimis dan pandangan positif karena begitu yakinnya akan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang dibentangkan melalui sayap Rahman dan RahimNya dan disisi lain melalui tawaran taubat dan maghfiroh atau ampunan. Menurut al-Quran dijelaskan bahwa kehidupan dunia itu baik tetapi jauh lebih baik kalau kebaikan di dunia dijadikan wahana atau tangga untuk menuju kehidupan akherat yang lebih baik. 'The will to love' yang secara intrinsik dimiliki oleh kita akan menyesatkan kalau hanya mencintai yang fana atau semu. Maka bentuk ancaman dan perintah Allah yang tertuang di dalam kitab suci semuanya dalam konteks kasih sayang Allah untuk menyelamatkan kita agar tidak terjatuh menjadi hawa nafsunya sendiri atau menjadi hamba makhluk yang lebih rendah atau sama derajatnya dengan diri kita. Rasa keterasingan, kesunyian ditengah keramaian, merasa kesepian dalam kesendirian akan terkikis secara emosional apabila kita memiliki hubungan yang hangat dengan Yang Maha Kasih. Ketiadaan hubungan kepada yang Maha Kasih inilah yang menimpa banyak orang sehingga begitu mudahnya terseret pada situasi putus asa bahkan sampai bunuh diri. Berdasarkan survei penyebab bunuh diri ditengah masyarakat justru bukanlah masalah yang teramat berat. Diantaranya karena kekecewaan akibat putus cinta, perselisihan rumah tangga, gagal dalam karier telah membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini menunjukkan betapa dangkal dan lemahnya iman seseorang dalam menghayati hidup. Dalam pandangan Islam, mereka telah terperosok dalam 'pinggiran' dimensi spiritual yang mampu menangkap dan merasakan kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam dirinya tidak bisa berfungsi. Hatinya telah tertutupi oleh nafsu bagi masuknya cahaya dan kasih sayang Allah sehingga mereka juga kehilangan kasih sayang yang ada pada dirinya. Demikianlah bila dunia hanya pendekatan sistem, teknis dan teknologi semata akan memunculkan kehidupan yang kering, mekanik dan tidak manusiawi. Produk sistem dan teknologi tanpa visi cinta dan kasih sayang Ilahi Robbi maka menjadikan hidup kita tak ubahnya seperti robot, kesepian dalam keramaian, kesendirian tak berteman. Paradigma kasih sayang akan menuntun kita sikap arif dan konsisten untuk mengembangkan potensi kemanusiaan maka realitas dunia tampak begitu indah sekaligus challenging, bukan fringtening. Orang Mukmin adalah 'Lover of Wisdom' atau Cinta Kearifan. Karena cinta kearifan dan semangatnya pada kemanusiaan maka Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam semakin nampak tegar dan anggun ditengah cobaan dan tantangan yang selalu menghadang dan mengitarinya. Lantas bagaimana dengan kita? Mampukah kita meneladani Nabi Muhammad?




READ MORE - RENUNGAN HATI

TOMBO ATI



RAHASIA SUNNATULLAH


Dalam sebuah pengajian di Masjid Konsulat Jenderal RI
(KJRI) di Los Angeles, seorang bertanya mengenai beberapa Negara yang
tadinya lemah, tetapi kerana kerja keras mereka kini menjadi bangkit.
Seperti Korea dan Jepang. Padahal mereka dalam pengelolaan sitem
bernegara tidak pernah mengatasnamakan syariah. Demikian juga
negara-negara maju lainnya di Eropa maupun di Amerika. Sementara umat
Islam hanya berteriak syariah, tetapi mereka belum bangkit-bangkit.

Di manakah yang salah?

Memang pertanyaan seperti ini kerap kali muncul. Kalau tidak diimbangi
dengan keimanan yang kuat dan pemahaman yang luas, bisa saja seseorang
salah paham, lalu tiba-tiba ia keluar dari Islam. Sebab pada
kenyataannya banyak negara umat Islam yang tidak berdaya dan tidak
berwibawa. Bahkan mereka tidak sanggup menyelesaikan persoalan mereka
sendiri secara internal. Lalu bagaimana cara menjawab pertanyaan
seperti ini?

Saya jelaskan bahwa di alam ini ada dua sistem: Pertama, sistem yang
didisain secara khusus untuk mengatur jalannya segala wujud, sehingga
semuanya berjalan dengan rapi dan terartur. Ini disebut dengan
sunnatullah, dan para ilmuan sering menyebutnya dengan istilah hukum
alam. Kedua, sistem yang diturunkan melalui wahyu, untuk mengatur dan
menuntun bagaimana manusia hidup di muka bumi sehingga tidak
bertentangan dengan tujuan yang telah Allah swt. tentukan, ini disebut
dengan syari�atullah. Adapun mengenai sunnatullahsiapa saja yang
mematuhinya ia akan mendapatkan manfaat secara duniawi. Tidak ada
bedanya antara orang yang beriman maupun yang tidak. Sebab sunnatullah
lebih berupa hukum kausalitas (sebab mesabab). Ia bersifat matematis.
Siapa yang bersungguh-sungguh dapat manfaatanya. Siapa yang makan,
kenyang sekalipun ia tidak beriman, dan yang tidak makan, lapar,
sekalipun ia beriman. Dalam hal ini pernah dicontohkan dengan dua
tempat. Satunya masjid dan satunya tempat maksiat. Secara sunnatullah
tempat maksiat lebih patuh, yaitu di atas bangunan tersebut dipasang
penangkal petir. Sementara masjid mengabaikansunnatullah, dengan
anggapan bahwa itu tempat ibadah. Maka tidak perlu diberi penangkal
petir. Apa yang terjadi kemudian adalah bahwa tiba-tiba petir
menyambar, masjid itu hancur dan tempat maksiat itu tidak.

Di sini menarik untuk dicatat bahwa hidup di dunia tidak cukup hanya
dengan patuh kepada syariatullah tetapi juga harus patuh kepada
sunnatullah. Islam bukan hanya ikut syariatullah tetapi juga ikut
sunnatullah.

Rasulullah saw. tidak hanya mengajarkan shalat dan puasa tetapi juga
mengajarkan kejujuran dan keadilan, kerapian, kerja keras,
kedisiplinan, kesungguhan menegakkan hukum (sisi yang kedua ini
termasuksunnatullah). Islam tidak hanya melarang tindakan mengabaikan
shalat, puasa dan ritual lainnya, tetapi juga melarang sogok menyogok,
korupsi, menipu, kedzaliman dan sebagainya. Dalam kenyataan
sehari-hari di tengah umat Islam masih banyak yang tidak mengambil
Islam secara lengkap. Islam hanya diambil sisisyariahnya (baca:
ritualnya) saja. Sementara sunnatullah di lapangan sosial diabaikan.
Kebiasaan korupsi, menipu, sogok menyogok, tidak jujur dianggap
pemandangan yang biasa. Sementara negara-negara maju, sangat takut
dari kebiasaan seperti ini. Setiap tindakan menipu, sogok-menyogok,
korupsi dan lain sebagainya, sekecil apapun mereka lakukan, maka akan
ditindak secara hukum dengan tegas. Karenanya mereka maju secara
keduniaan.

Sementara di sisi lain kita menyaksikan orang-orang Islam tidak
berdaya. Mereka mati dipojok masjid, dan tidak bisa memberikan
kontribusi bagi kemanusiaan secara luas. Padahal dalam sejarah Islam,
telah terbukti bahwa umat ini pernah memimpin seperempat dunia, dengan
kegemilangan sejarah tak terhingga bagi kemanusiaan. Puncaknya di
zaman Umar Bin Khatthab lalu di zaman Umar bin Abdul Aziz. Pada zaman
itu tidak ada seorangpun yang didzalimi. Umar bin Khaththab pernah
mengumumkan bahwa anak bayi dari sejak lahir sampai umur lima tahun,
ditanggung oleh negara. Dan ternyata aturan ini kini dipraktikkan di
Amerika.

Seluruh pajak pada zaman itu benar-benar disalurkan secara benar.
Tidak ada yang diselewengkan. Ditambah lagi dengan kewajiban zakat
yang secara khusus disiapkan untuk membantu kemanusiaan. Kareananya
pada zaman ke dua Umar tersebut rakyat tidak hanya mencapai puncak
kesejahteraan tetapi juga mendapatkan keadilan hukum secara
proporsional.

Di negara-negara maju ternyata telah mempraktikkan ini. Mereka hidup
di atas pajak. Dan secara tarnsparan pajak-pajak tersebut dikelola
dengan benar. Baik untuk pengembangan infra-struktur maupun untuk
kebutuhan sosial secara umum. Semakin banyak tuntutan kebutuhan
infra-struktur dan sosial semakin mereka tingkatkan pajaknya. Dalam
perjalanan yang saya alami ke kota-kota besar di Kanada dan Amerika,
saya banyak mendegar cerita bahwa belum pernah di sana ada seorang
pasien ditolak masuk rumah sakit karena tidak punya biaya. Para
homeless dan jobless (orang-orang yang tidak punya rumah dan tidak
punya pekerjaan) mendapatkan tunjangan khusus dari negara berupa
tempat tinggal dan kebutuhan makanan. Orang-orang jompo dirawat dan
ditanggung oleh negara. Bagi mereka menyelamatkan kemanusiaan adalah
hal yang harus diprioritaskan.

Dalam Islam, semua variable dan contoh-contoh tersebut adalah
sunnatullah dan syariatullah sekaligus. Bahwa Islam bukan hanya sibuk
mengurus perbedaan pendapat dalam masalah fikih seperti qunut, jumlah
rakaat tarawih dan lain sebagainya, melainkan menyelamatkan kemanusiaa
adalah juga Islam. Bahwa Islam bukan hanya shalat, dzikir di
masjid-masjid, melainkan berkata jujur, menjauhi sogok menyogok,
disiplin, bekerja keras, transparansi, tidak koupsi dan lain
sebagianya adalah juga Islam.

Kini kita sudah saatnya umat Islam kembali ke fitrhanya semula,
seperti yang dicontahkan Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya, serta
penurusnya dari para tabi�in yang salih. Fitrah kepatuhan secara
komprhensif, bukan parsial. Fitrah kesungguhan menjalankan
syariatullah sekaligus sunnatullah. Sebab hanya dengan langkah ini
umat Islam akan kembali berdaya dan memberikan kontribusi terbaik bagi
kemanusiaan di seluruh alam (baca:rahmatan lil aalamiin). Wallahu
a�lam bishshawab.








MENGOLAH KEBENCIAN MENJADI CINTA

Disaat kehidupan penuh kebahagiaan, tiba-tiba dihempas oleh peristiwa yang
mengejutkan. Kita kehilangan orang yang kita cintai atau kehilangan kedudukan,
mungkin jabatan. Tanpa kita sadari kemudian kita mencari kambing hitam. Mencari
seseorang yang patut kita persalahkan. Kebencian menjadi nyata. Kemarahan tak
terelakkan. Dendam menjadi menguat dalam hati.

Tapi pernah kita menyadari bahwa peristiwa itu sesungguhnya telah mengantarkan
jiwa ke pintu gerbang kemuliaan. Dengan melalui berbagai penderitaan, ujian,
kecemasan dan kesedihan sesungguhnya Allah telah meletakkan diri kita sebagai
kekasihNya. Kekasih yang memahami makna cinta. Kita sebagi wujud wakil diriNya,
penyebar cinta dan kasih sayang. Perwujudan dari sifat Rahman dan RahimNya.
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Kebencian pada dasarnya wujud manusiawi pada diri kita ketika kita sedang
ditimpa ujian dan penderitaan karena kita memang merasa perlu mencari orang
lain yang dipersalahkan. Membiarkan diri penuh kebencian di dalam hidup justru
menambah penderitaan dengan derita. menyiram luka dengan air garam. Menambah
perih dengan keperihan yang lebih dalam. Air mata menetes tanpa muara.

Mengolah kebencian menjadi cinta, kita maknai bahwa setiap peristiwa apapun
yang terjadi pada diri kita adalah sebagai perwujudan kita sebagai seorang
Mukmin. Nabi Muhammad menyebutkan sebagai sesuatu yang menakjubkan pada diri
seorang mukmin sebab peristiwa apapun yang terjadi pada dirinya semuanya terasa
indah. Mendapatkan nikmat dirinya bersyukur, mendapatkan musibah dirinya
bersabar.

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Bila mendapatkan nikmat, ia
bersyukur dan syukur itu baik baginya. Bila mendapatkan cobaan, ia bersabar dan
sabar itu baik baginya. (HR. Muslim).

Tidak ada kebencian. Tidak ada kemarahan. Tidak ada dendam karena seorang
mukmin menyakini bahwa semua itu wujud kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Bila kita tahu semua itu adalah wujud kasih sayang Allah, lantas kenapa kita
harus membenci makhluknya? Itulah cinta kita sebagai wujud kasih sayang Allah
kepada diri kita.









BAGAIMANA MENYENTUH HATI

Betapa senang jika kita punya banyak teman. Betapa
gembira jika perkataan dan perintah kita diikuti orang lain. Ternyata
kuncinya ada pada suasana qalbu kita. Sehingga Rasulullah saw.
mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati yang bersih.
Sebagaimana sabda beliau;

�Ketahuilah bahwa sesunggunhynya dalam jasad itu terdapat segumpal
daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila ia
rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati
(qalbu).� (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh beruntung bagi siapapun wabilkhusus aktifis dakwah , yang
mampu menata qolbunya menjadi hati yang baik, bening, jernih, bersih,
dan selamat (???????? ).

Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki
qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya.
Karena selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan,
ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran
kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap
aktivitas yang dilakukan (?????? ???????? ??????) .

Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan
jauh lebih jernih, bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi
hari yang cerah, lalu terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih,
bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika setiap orang
akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh
sungging senyuman tulus seperti ini.

Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai,
jauh dari kata-kata yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia
terpelihara dari kata-kata riya. Subhanallah!. Setiap butir kata yang
keluar dari lisannya, yang telah tertata dengan baik ini, akan terasa
sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan manfaat. Tutur
katanya bernash dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di
lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang
lain.

Hati yang bersih merupakan buah dari amal yang diperbuat seseorang.
Bakr bin Abdullah Al-Muzanni, seorang tabi�in mengungkapan akan hal
ini seperti dalam penuturannya;


Jika kalian mendapati pada saudaramu kekeringan, maka segeralah
bertaubat kepada Allah, karena sesungguhnya itu merupakan akibat dari
dosa yang ia kerjakan. Dan apabila kalian mendapati dari mereka
bertambah kasih sayang, yang demikian itu merupakan buah dari
ketaatan, maka bersyukurlah kepada Allah.

Orang yang bersih hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih.
Baginya tidak ada waktu untuk berpikir jelek. Apalagi berpikir untuk
menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu
baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan
untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak
terkira. Karenanya dalam menjalani setiap waktu yang dilaluinya ia
pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas
hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang bersih hati seperti ini akan
lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka
ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas
pemikiran. Bersih hati ternyata telah membuahkan aneka solusi optimal
dari kemampuan akal pikirannya. Subhanallah!

Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari
kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan
darah terjaga, ketegangan berkurang, dan kondisi diri yang senantiasa
diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat,
lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar
seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada
umat.

Tarnyata hati yang bersih, sangat banyak manfaatnya. Apalagi kita
sebagai aktifis dakwah. Aktifis dakwah yang telah tertata hatinya
adalah aktifis yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke
arah kebaikan. Tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan
sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hati yang
bersih akan mampu menaklukan hati orang lain dan itulah wasilah dakwah
kita sebelum kita menaklukan hati orang lain. Abbas As-sisi mengatakan
Abbas:

�Menaklukan hati lebih didahulukan sebelum menaklukan akalnya.�

Hati yang bersih, ibarat magnet yang dapat menarik benda-benda di
sekitarnya. Akan terpancar darinya akhlak yang indah mempesona,
rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa
dengannya akan merasakan kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu
dengannya akan memperoleh aneka manfaat kebaikan, bahkan ketika
berpisah sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak
mudah dilupakan. Dan tentunya bagi seorang aktifis dakwah, hati yang
bersih merupakan modal untuk dapat menaklukan hati-hati manusia untuk
diajak ke jalan yang benar yang kemudian digiring bersama-sama untuk
berjuang di jalan Allah swt.

Penting bagi setiap aktifis dakwah untuk mentadabburi hadits Rasul
saw. berikut ini;

�Ruh-ruh itu bagaikan prajurit yang selalu bersiap siaga. Maka siapa
yang mengenalnya ia akan bersatu dan jika tidak mengenalnya akan
berpecah.� (HR. Bukhori Muslim)

Subhanallah!, lebih dari semua itu, kebersihan hati pun ternyata
dapat membuat hubungan dengan Allah swt. menjadi luar biasa membawa
manfaat. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan
menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya,
membuat hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun
menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan
lezat. Begitu pula doa-doanya menjadi luar biasa mustajab. Mustajabnya
doa tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan hidup yang
dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan
dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar. Allahu
a�lam









Hidup ini bagaikan sebuah roda yang berputar adakalanya saat untuk naik dan
saatnya berhenti ataupun turun. Selalu ada perubahan, turun atau naik. Dalam
usianya separoh abad ketika sedang menikmati kesuksesan dan kejayaan justru
diterpa oleh penyakit kronis. Begitu tuturnya di Rumah Amalia. Kehadiran beliau
membawa kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak Amalia. Sebagai bentuk rasa
syukurnya atas kesembuhan dari sakitnya beliau berkenan berbagi rizki.

Beliau menceritakan tentang sakitnya. Beliau mengidap sakit liver. Penyakit
yang dideritanya adalah penyakit pengantar maut. Kenyataan itu tentunya
merupakan pukulan berat baginya. Namun dikala penuh kecemasan, suara adzan
terdengar syahdu justru membukakan kesadarannya. Meluluhakn nuraninya,
mengantarkan hidayah Allah kepada dirinya. Akhirnya dengan perasan yang tulus
berjanji dalam hati, jika sembuh dari sakitnya maka akan menjalankan ibadah
lebih baik lagi.

Sewaktu dalam keadaan sakit, berkat ketekunan seorang dokter dan atas
pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala penyakit yang saya derita perlahan mulai
membaik dan akhirnya sembuh. Padahal menurut dokter sangat kecil kemungkinannya
untuk disembuhkan. Maka sejak itulah berkat dukungan istri dan anak-anaknya,
beliau mendalami sholat dan ibadah lainnya.

'Saya merasakan perbedaan sebelum dan sesudah saya menjalani Islam dengan
baik.' tutur beliau. 'Agama telah memberikan ketenangan dalam hati saya bahkan
dalam keluarga. Bila agama dijalankan dengan baik maka persoalan hidup sesulit
apapun akan mudah diatasinya.' lanjut beliau dengan mata berkaca-kaca. Air
Matanya berlinang, sesekali beliau mengusap air matanya. Wajahnya terlihat
teduh.

Islam telah memberikannya jalan hidup, membukakan tabir kehidupan bagi dirinya.
Kalau hanya mementingkan materi mengabaikan agama sesungguhnya materi seberapa
banyaknya tidak akan pernah cukup. tetapi bila keimanan kepada Allah cukup
kuat, maka seberapapun rizki yang diprolehnya maka terasa cukup. 'Inilah
prinsip hidup saya sebagai seorang muslim yang membawa ketenangan hati.' tutur
beliau. Subhanallah.

'Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin
supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka yang telah ada. Dan
kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi, Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (QS. al-Fath : 4).










ABU BAKAR DENGAN TUKANG RAMAL

Abu
Bakar mempunyai seorang hamba yang menyerahkan sebagian dari pendapatan
hariannya. Pada suatu hari hambanya itu telah membawa makanan lalu dimakan
sedikit oleh Abu Bakar. Hamba itu berkata: �Kamu selalu bertanya tentang sumber
makanan yang aku bawa tetapi hari ini kamu tidak berbuat demikian.�
�Aku terlalu lapar sehingga aku lupa
bertanya. Terangkan kepada ku dimana kamu mendapat makanan ini.�
Hamba: �Sebelum aku memeluk Islam aku
menjadi tukang ramal. Orang-orang yang aku ramal nasibnya kadang-kadang tidak
dapat bayar uang kepadaku. Mereka berjanji akan membayarnya apabila sudah
memperoleh uang. Aku telah berjumpa dengan mereka hari ini. Merekalah yang
memberikan aku makanan ini.�
Mendengar kata-kata hambanya Abu Bakar memekik
: �Ah! Hampir saja kau bunuh aku.�

Kemudian
dia coba mengeluarkan makanan yang telah ditelannya. Ada orang yang menyarankan
supaya dia mengisi perutnya dengan air dan kemudian memuntahkan makanan yang
ditelannya tadi. Saran ini diterima dan dilaksanakannya sehingga makanan itu
dimuntah keluar.
Kata orang yang mengamati : �Semoga Allah
memberikan rahmat atas mu. Kamu telah bersusah payah karena makanan yang
sedikit.�

Kepada orang itu Abu Bakar menjawab: �Aku
sudah pasti memaksanya keluar walaupun dengan berbuat demikian aku mungkin
kehilangan nyawaku sendiri. Aku mendengar Nabi berkata : �Badan yang tumbuh
subur dengan makanan haram akan merasakan api neraka.� Oleh karena itulah maka
aku memaksa makanan itu keluar takut kalau-kalau ia menyuburkan badanku.�

Abu Bakar sangat teliti tentang haram
halalnya makanan yang dimakannya.
Jangan mendapatkan harta melalui jalan yang
haram, Jangan gunakan harta yang haram bagi diri sendiri apalagi untuk orang
lain.
Kelak diyaumil akhir akan ditanya "
Dari mana kamu peroleh hartamu dan kemana kau belanjakan "








HIDUP BERMAKNA


Di dalam hidup ini disaat dalam kesendirian pernah kita bertanya pada diri
sendiri, 'Kapan dalam hidup kita merasa lebih bermakna dan bahagia? Hidup kita
akan bermakna dan bahagia ketika kita bisa berbagi, memberi dan menolong orang
lain. Bagi orang-orang mukmin yang jiwanya sudah tercerahkan justru dipenuhi
oleh rasa syukur justru kebahagiaan hidupnya diraih dengan banyak memberi,
sekalipun tidak harus berupa materi, bisa berupa senyuman, perhatian atau
sekedar menyapa di pagi hari. Melalui memberi membuat hidup kita menjadi
bermakna itulah indahnya memberi. Sebagaimana Firman Allah Subahanahu Wa Ta'ala.

'Dan ingatlah, tatkala Tuhan memaklumkan, 'Sesungguhnya jika engkau bersyukur,
pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika engkau mengkari nikmatKu maka
sesungguhnya azabKu sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7).

jadi sikap dan oreintasi hidup untuk senantiasa memberi dan melayani merupakan
sumber kebahagiaan dan puncak prestasi kehidupan kita. Orang tua yang sukses
ketika memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pemimpin yang dianggap sukses
adalah pemimpin yang mampu memberikan segala potensinya bagi kesejahteraan
rakyatnya. Itulah sebabnya dalam kehidupan kita belum disebut bermakna bila
yang kita lakukan belum mendatangkan manfaat bagi orang lain, untuk sama-sama
mencintai dan mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Nabi mengajarkan kepada kita agar yang kita miliki menjadi abadi ketika kita
kelak meninggal hendaknya mewariskan ilmu yang bermanfaat, harta kekayaan untuk
kesejahteraan umat dan anak yang sholeh. Ketiga amal kebaikan inilah yang
membuat milik kita menjadi abadi. Itulah yang membuat hidup kita bermakna.
Sebagaimana Sabda Nabi.

Apabila seorang anak Bani Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya
kecuali dari tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak
yang sholeh yang selalu mendoakannya.' (HR. Muslim).



READ MORE - TOMBO ATI

TAUSIYAH


HIDUPMU UNIK

Sahabat, Allah SWT yang Maha Agung, Penguasa langit dan bumi menciptakan makhluk yang luar biasa banyaknya dengan unik, manusiapun diciptakan dengan unik pula, mulai dari cap jempol, retina mata,rupa, karakter, bakat, rejeki,jodoh, dan perjalanan hidupnyapun unik dan berbeda satu sama lain walau dia adalah kakak beradik kembar.

zaman reuni sekolah misalnya, ketika bertemu kembali masing-masing menjadi berbeda jalan hidupnya dan unik.

Tapi yang harus kita yakini bahwa setiap orang adalah milik Allah, urusan setiap orang pun ada dalam genggaman Allah. Dan hanya Allah-lah yang Maha Tahu apa yang cocok dan terbaik bagi makhluk-Nya.Ini penting di fahami agar kita bisa lebih mencermati hidup dengan baik. Perjalanan hidup harus dijalani episode demi episode apakah itu episode yang menyenangkan atau terasa pahit bagi kita.

Tetapi bagi orang yang beriman, tidak ada episode hidup yang merugikan bagi dirinya,karena setiap episodenya digunakan untuk terus mengevaluasi diri, mensucikan diri �Sungguh beruntunglah orang yang telah menyucikan dirinya, dan sungguh merugilah orang yang mengotoridirinya.� (Qs. Al-Syams [91]:9-10) dan episode demi episode hidup ini digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

Dia menciptakan manusia dengan sangat sempurna, dan Dia-pun (Allah) sangat menginginkan agar kita (manusia) bisa kembali kepada-Nya dengan bersih dari gelimang dosa dan supaya kita bisa masuk ke dalam syurga-Nya nanti.

Jadi setiap episode kehidupan ini merupakan media dari Allah SWT agar kita bisa bersih dari kemusyrikan, kemunafikan dan bisa lebih mendekat kepada-Nya.Dan Allah pun membersihkan hamban-Nya dengan cara yang unik .

Kadang kita tidak faham akan cara Allah SWT membersihkan seseorang, cara Allah menuntun seseorang untuk dekat dengan-Nya.Tidak bisa kita bandingkan cara, strategi, Perencanaan Allah dalam menuntun hamba-Nya dengan persangkaan dan ilmu kita yang sangat terbatas ini.

Sering kali banyak hal yang tidak terjangkau oleh pikiran kita bahkan sering pula berburuk sangka dengan rencana Allah, tetapi setelah dijalani barulah kita sadari akan kebaikan yang ada di balik semua itu.

Maka hal pertama yang harus dilakukan pada saat menghadapi suatu hal adalah berhusnudzhan (berbaik sangka) kepada Allah, bahwa mungkin inilah cara Allah menuntun kita agar bersih dan selamat dengan memiliki Qolbun Salim. Kalau tujuan hidup seseorang itu ingin mendekat pada Allah,ingin dicintai oleh Allah maka episode-episode kehidupan unik yang kadang terasa getir dan pahit ini akan mengarahkannya kepada kesempurnaan hidup sebagai manusia.

Ingatlah garis hidup kita adalah; Allah tujuan dan makhluk adalah ujian.Timbul pertanyaan ketika ada ujian, apakah ujian ini sebagai peningkat derajat ataukah penggugur dosa ? bedanya adalah kalau ujian ini terasa pahit dan getir ke hati, maka penyebabnya adalah kesalahan dan dosa yang lalu tapi kalau terasa ringan dalam menghadapinya, insya Allah itu merupakan ujian sebagai peningkat derajat.

Sahabat , Allah SWT sangat tahu persis akan penyakit di hati kita, akan tingkat kemusyrikan dan kemunafikan kita,begitu pula Allah sangat tahu dengan apa (dengan ujian apa) kita bisa dibersihkan. Maka berhusnudzhanlah akan semua rencana Allah terhadap diri kita. Hasbunallah wani�mal wakil ni�mal maula wa ni�ma nashir.





BAGAIMANA CARA ALLAH MENGAWASI

Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui mengawasi kita? Allah SWT mengawasi manusia 24 jam sehari atau setiap detik tidak ada lengah.

Didalam melakukan pengawasan, ada 3 cara yang dilakukan Allah SWT:

1. Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung.

Tidak tanggung-tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher kita.
�Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.� (QS. Qaaf 16)

2. Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.

�ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.� (QS. Qaaf 17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49).

3. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri.

Ketika kelak nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.

�Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.� (QS. Yaasiin 65)

Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun dan kapanpun saja dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk mengingkari Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari perhitungan kelak. Wallahu a�lam bish showab





MENGENAL TIGA TANDA KEMATIAN

Dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bersahabat dengan Nabi Ya'kub
AS. Suatu ketika Nabi Ya'kub berkata kepada malaikat maut. "Aku
menginginkan sesuatu yang harus kamu penuhi sebagai tanda persaudaraan
kita."

"Apakah itu?" tanya malaikat maut. "Jika ajalku telah dekat, beri tahu
aku." Malaikat maut berkata, "Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku
tidak hanya akan mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua
atau tiga utusanku." Setelah mereka bersepakat, mereka kemudian
berpisah.

Setelah beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya'kub.
Kemudian, Nabi Ya'kub bertanya, "Wahai sahabatku, apakah engkau datang
untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?"

"Aku datang untuk mencabut nyawamu." Jawab malaikat maut. "Lalu, mana
ketiga utusanmu?" tanya Nabi Ya'kub. "Sudah kukirim." Jawab malaikat,
"Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah
kekarnya, dan bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya'kub,
itulah utusanku untuk setiap bani Adam."

Kisah tersebut mengingatkan tentang tiga tanda kematian yang akan
selalu menemui kita, yaitu memutihnya rambut; melemahnya fisik, dan
bungkuknya badan. Jika ketiga atau salah satunya sudah ada pada diri
kita, itu berarti malaikat maut telah mengirimkan utusannya. Karena
itu, setiap Muslim hendaknya senantiasa mempersiapkan diri untuk
menghadapi utusan tersebut.

Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, "Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]: 185).

Karena itu, kita berharap agar saat menghadapi kematian dalam keadaan
tunduk dan patuh kepada-Nya. "Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam." (QS Ali Imran [3]: 102).

Tidaklah terlalu penting kita akan mati, tapi yang terpenting adalah
sejauh mana persiapan menghadapi kematian itu. Rasulullah SAW
mengingatkan agar kita bersegera untuk menyiapkan bekal dengan beramal
saleh. "Bersegeralah kamu beramal sebelum datang tujuh perkara:
kemiskinan yang memperdaya, kekayaan yang menyombongkan, sakit yang
memayahkan, tua yang melemahkan, kematian yang memutuskan, dajjal yang
menyesatkan, dan kiamat yang sangat berat dan menyusahkan." (HR
Tirmidzi).

Bekal adalah suatu persiapan, tanpa persiapan tentu akan kesulitan
dalam mengarungi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Oleh karena
itu, "Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS
Al-Baqarah [2]: 197).



HIDUP DAN KEIMANAN

Dari Abdullah bin Mas�ud r.a, ia berkata bahwa
Rasulullah saw. telah menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang
yang paling benar dan dibenarkan perkataannya, �Sesungguhnya sebagian
kalian dikumpulkan bahan ciptaannya di rahim ibunya 40 hari dalam
bentuk nuthfah. Kemudian menjadi �alaqah dalam masa yang sama (40
hari), kemudian menjadi mudghah dalam masa yang sama (40 hari).
Kemudian Allah mengutus malaikat kepada ciptaan itu, lalu malaikat
meniupkan ruh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menuliskan empat
ketetapan; Ketetapan rezki; Amal perbuatannya; Ajal usianya; Dan
nasibnya di akhirat, sengsara (penghuni neraka) atau bahagia (penghuni
surga). Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada
salah seorang dari kalian yang melakukan perbuatan penghuni surga
hingga antara jarak antara dia dengan surga sejauh satu hasta, lalu
catatan takdirnya yang lebih dulu telah menggariskan hingga ia
melakukan perbuatan penghuni neraka dan (akhirnya) ia masuk ke dalam
neraka. Dan sesungguhnya ada orang yang melakukan perbuatan penghuni
neraka hingga jarak antara dia dengan neraka sejauh satu hasta, lalu
catatan takdirnya yang lebih dulu telah menggariskan, hingga ia
melakukan perbuatan penghuni surga dan (akhirnya) ia masuk ke dalam
surga. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Bunyi hadits di atas adalah:

???? ?????? ??????? ??? ??????? ????? ????? ????? ????? ??????????
??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ?????? ??????????
???????????? ????? ?????????? ???????? ???????? ??? ?????? ???????
??????????? ??????? ????? ??????? ??? ?????? ???????? ?????? ??????
????? ??????? ??? ?????? ???????? ?????? ?????? ????? ????????
????????? ?????????? ????? ???????? ?????????? ?????????? ?????????
???????? ???????? ?????????? ?????????? ????????? ???? ???????
??????????? ??? ?????? ???????? ????? ?????????? ?????????? ????????
?????? ?????????? ?????? ??? ??????? ???????? ??????????? ??????
??????? ?????????? ???????? ?????????? ?????????? ???????? ??????
???????? ????????????? ??????? ?????????? ?????????? ???????? ??????
???????? ?????? ??? ??????? ???????? ??????????? ?????? ???????
?????????? ???????? ?????????? ?????????? ???????? ?????? ??????????
????????????? (???? ??????? ?????)

Tentang Hadits

Hadits ini adalah salah satu hadits yang disepakati keshahihannya oleh
Imam hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Al-A�masy telah
menceritakan kepada Abu Bakar bin Abu Syaibah, Abu Mu�awiyah, Waki�,
Muhammad bin Abdullah bin Numair Al-Hamdani dari Zaid bin Wahab dari
Abdullah bin Mas�ud r.a.

Telah diriwayatkan bahwa Muhammad bin Yazid Al-Ashfathi bermimpi
bertemu Nabi saw, lalu ia bertanya, �Wahai Rasulullah, apakah riwayat
Abdullah bin Mas�ud yang ia ceritakan dari Engkau bahwa ia berkata,
�Rasulullah telah menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang
yang benar dan dibenarkan perkataannya, memang demikian? Rasulullah
menjawab, �Demi Zat yang tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh aku telah
menceritakan hadits itu kepadanya�. Kalimat itu diulangnya tiga kali,
lalu ia berdoa, �Semoga Allah mengampuni Al-A�masy sebagaimana ia
menceritakan hadits ini dan semoga Allah mengampuni orang sebelum
Al-A�masy yang menceritakan hadits ini dan juga orang yang
menceritakan hadits ini setelah Al-A�masy.

Seperti disebutkan dalam hadits bahwa sebaik-baik manusia adalah orang
yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, maka menyampaikan hadits
atau ilmu agama kepada manusia termasuk memberikan manfaat kepada
orang lain. Dengan ilmu agama, orang akan mengetahui hal-hal yang ia
perlukan dalam mengarungi kehidupan.

Perawi memberikan penekanan dengan ungkapan ?????? ??????????
???????????? (Dialah yang benar dan dibenarkan perkataannya) karena
memang yang akan disampaikan atau yang akan diriwayatkan ini adalah
perkara yang tidak atau belum diketahui manusia, terutama pada masa
setelah masa Rasulullah saw, yaitu perihal proses penciptaan manusia.

Dunia kedokteran baru-baru saja mengetahui bahwa proses penciptaan
manusia terjadi sama seperti yang diceritakan oleh Rasulullah saw, 15
abad yang lalu ketika manusia atau tabib belum mengetahui pasti proses
penciptaan manusia.

Di Antara Pelajaran Dari Hadits

Pelajaran pertama; Matan hadits ini diawali dengan penegasan parsial
yang tidak menyeluruh, yaitu ????? ?????????? (Sesungguhnya salah
seorang kalian). Ungkapan ini adalah ungkapan yang sangat bijak dari
Rasulullah saw, dan ungkapan yang komitmen dengan ilmu yang
dimilikinya. Ungkapan ini menegaskan bahwa sebagian manusia diciptakan
Allah dengan proses yang disebutkan di dalam hadits dan sebagian
lainnya Allah sendiri yang menciptakannya.

Proses penciptaan Adam dan Hawa tidaklah sama dengan proses penciptaan
anak keturunannya. Nabi Adam diciptakan langsung oleh Allah seperti
yang diceritakan di dalam Al-Qur�an surat Al-Hijr ayat 28-29:

?????? ????? ??????? ??????????????? ?????? ??????? ??????? ????
????????? ???? ?????? ????????? ??????? ??????????? ?????????? ?????
???? ?????? ???????? ???? ??????????

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
�Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.

Juga di dalam surat Shad ayat 71-72, Allah menegaskan:

???? ????? ??????? ??????????????? ?????? ??????? ??????? ???? ?????
??????? ??????????? ?????????? ????? ???? ?????? ???????? ????
??????????

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, �Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah�. Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan) Ku; maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya�.

Tidak seperti proses penciptaan anak keturunan Adam, nabi Adam
diciptakan Allah dari tanah atau tanah liat atau lumpur hitam seperti
disebutkan dalam ayat-ayat di atas dan kemudian Allah
menyempurnakannya, lalu Allah juga yang meniupkan ruh ke dalam jasad
Adam a.s.

Karena itu ada beberapa ungkapan di dalam Al-Qur�an atau Hadits yang
menggunakan bentuk jamak untuk beberapa perbuatan rabb, seperti
�?????? ????????? ?????????? ??? ??????� atau �?????? ?????????
?????????? ??? ???????? ?????????�. Kata �?????????� (Kami telah
menciptakan) mengisyaratkan bentuk jamak subyek suatu perbuatan.

Jika kita teliti dengan seksama, maka secara aqidah pernyataan ini
tidak bertentangan dengan aqidah tauhid. Allah menggunakan bentuk
jamak dalam beberapa perbuatan-Nya di dalam Al-Qur�an, karena tindakan
tersebut secara proses diwakilkan kepada tentara dan pembantu Allah,
yaitu malaikat-Nya yang telah diberikan tugas khusus. Malaikat akan
melakukan apa saja sesuai perintah Allah, �Wa yaf�aluuna maa
yu-maruun�.

Dalam proses penciptaan manusia, seperti disebutkan dalam beberapa
riwayat bahwa tiap fase penciptaan 40 harian itu, Allah mewakilkannya
kepada malaikat untuk menyempurnakan proses, hingga pada 40 hari yang
ketiga Allah mengutus malaikat yang akan meniupkan ruh ke dalam jasad
manusia dan mencatat empat ketetapan Allah dari Lauhil Mahfuzh,
ketetapan rezki, amal perbuatan, usia dan nasibnya di akhirat. Dengan
demikian, maka ungkapan khalaqnaa sangat tepat untuk menunjukkan bahwa
dalam proses penciptaan manusia, Allah kuasa untuk mewakilkannya
kepada malaikat-Nya. Itulah kekuasaan Allah. Allah mampu menciptakan
manusia tanpa diwakilkan dan mampu pula menciptakan manusia melalui
perwakilan-Nya. Sungguh Allah Maha Berkuasa dalam segala sesuatu.

Hadits ini juga membuktikan akan kebenaran ajaran Islam, karena
sebelum dunia kedokteran mengetahui proses penciptaan manusia, Allah
telah mengabarkan manusia melalui lisan nabi Muhammad saw.

Pelajaran Kedua; Manusia tidak tahu apa-apa dengan nasib orang lain.
Ada yang sejak muda hingga dewasa dikenal masyarakat sebagai orang
baik, orang shalih, ternyata di sisi Allah dia termasuk penghuni
neraka. Ia menutup usianya dengan perbuatan penghuni neraka hingga ia
termasuk penghuni neraka.

Ungkapan ?????????? ???????? ?????? ???????? ????????????? dan
?????????? ???????? ?????? ?????????? ????????????? disebutkan dalam
riwayat lain dengan ungkapan ????????? ???????? ?????? ????????
????????????? (kemudian ia tutup dengan perbuatan penghuni neraka dan
ia masuk ke dalam neraka) menunjukkan bahwa kebaikan itu akan kekal
dengan keikhlasan, sebagaimana pahala amal shalih akan langgeng, tidak
berkurang jika tetap dijaga keikhlasan, sebelum berbuat, saat berbuat
dan setelah berbuat.

Jika seseorang hanya ikhlas ketika akan berbuat, maka belum ada
jaminan pahala yang ia dapatkan akan sempurna, karena bisa saja ia
merusak keikhlasan itu dengan riya, dengan kata-kata yang menyakiti
orang lain yang kita bantu atau lain perbuatan yang bisa merusak
pahala amal.

Karena itulah ada orang yang dikenal masyarakat sebagai orang baik,
tetapi di sisi Allah ia hanyalah orang yang mengharapkan pujian
manusia.

Sebaliknya ada juga orang yang sulit berbuat baik, karena lingkungan
atau sebab lain sehingga masyarakat memvonis dan memberi cap kepadanya
sebagai orang tidak baik atau orang jahat. Tetapi siapa yang tahu
takdir orang, kalau ternyata Allah justru telah menetapkan dia sebagai
penghuni surga, maka ia pasti akan menemukan saat dan tempat yang
tepat untuk bertobat dan berbuat baik hingga Allah menjemput ajalnya.

Kekuasaan Allah tidak sama dengan kuasanya manusia, maka takdir dan
ketetapan Allah itu adalah salah satu bukti kekuasaan Allah seperti
yang ditegaskan oleh Imam Ahmad ketika salah seorang muridnya bertanya
kepadanya tentang takdir dan beliau menjawab bahwa takdir itu adalah
bukti kekuasaan Allah.

Jika manusia mengetahui sesuatu setelah kejadian, maka Allah Maha
Mengetahui tentang segala kejadian. Sebelum, saat dan setelah kejadian
Allah Maha Mengetahui. Pengetahuan Allah tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Kekuasaan Allah tidak dibatasi oleh dimensi apapun. Berbeda
dengan manusia yang serba terbatas. Dibatasi dimensi waktu, sehingga
kejadian esok tidaklah diketahuinya kecuali ketika saatnya tiba.
Manusia juga dibatasi oleh dimensi ruang, kejadian di Jakarta tidak
akan diketahuinya ketika ia berada tidak pada tempat kejadian. Atau
kalau sekarang dunia sudah modern, maka masih banyak lagi kejadian
yang berdimensi ruang dan waktu yang tidak diketahui oleh manusia.
Itulah keterbatasan manusia.

Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Allah Maha Berkuasa. Kuasa
menetapkan, kuasa membagi penghuni surga dan penghuni neraka. Semua
makhluk adalah milik Allah. Dia tidak akan ditanya atas segala
tindakan-Nya. Manusialah yang akan ditanya segala perbuatannya di sisi
Allah. Meskipun Allah tidak akan ditanya segala perbuatannya, tetapi
Allah sangat menepati segala janji-Nya. Allah berjanji akan memasukkan
orang yang berbuat baik dan beramal shalih ke dalam surga. Allah
berjanji akan mengampuni orang yang bertobat sebelum ajal sampai di
tenggorokan. Allah akan menyiksa orang yang berbuat dosa, meskipun
Allah juga bisa mengampuni mereka dan memasukkannya ke dalam surga.

Pelajaran Ketiga; Hal penting yang perlu ditekankan dan ditegaskan
adalah perkara rezki. Allah berjanji akan memberikan rezki kepada
siapa saja makhluk-Nya di muka bumi. Dalam surat Hud ayat 6
disebutkan, �Wamaa min daabbatin fil ardhi illaa �alallaahi rizquhaa
wa ya�lamu mustaqqahaa wamustauda�ahaa� (Dan tidak ada makhluk hidup
di muka bumi ini, kecuali Allah yang akan memberikan rezkinya. Dan Dia
mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya).

Kalau kita cermati, kita tidak akan cepat menyalahkan takdir atau
menyalahkan Allah, ketika kita disempitkan rezki oleh Allah. Pemberian
rezki bukanlah ukuran sayangnya Allah kepada manusia, karena semua
makhluk pasti akan diberikan rezki. Kita tidak boleh berbangga dengan
limpahan rezki dan tidak boleh berkecil hati dengan rezki yang
pas-pasan. Tiap manusia mempunyai jatah rezki yang berbeda dengan
jatah orang lain.

Orang lain tidak akan bisa merebut rezki orang lain. Inilah ungkapan
puncak ma�rifah kepada kekuasaan Allah seperti yang diungkapkan oleh
Imam Hasan Al-Bashri ketika ditanya oleh muridnya, �Wahai guruku, apa
rahasia zuhud baginda?� Kemudian Syeikh memberikan 4 rahasia dan salah
satu rahasianya adalah �alimtu anna rezqii laa ya-khudz ghairii
fatma-annat qalbii (aku tahu bahwa rezkiku tidak akan diambil oleh
orang lain, maka hatiku menjadi tenang).

Ketenangan mengarungi kehidupan adalah modal untuk sampai kepada
tujuan. Hati yang tenang akan banyak menyelesaikan permasalahan.
Ketenangan tidak akan datang dengan sendiri. Ketenangan adalah puncak
dari keimanan dan ingat kepada Allah. Iman yang didasari ma�rifah dan
ingat akan kehambaannya di sisi Allah Taala.

Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang. Wallahu a�lam









KETENTRAMAN HATI

'Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati kita menjadi
tenteram. (QS. ar-Raad : 28)

Mengingat Allah membuat hati kita menjadi tenteram. Mengingat Allah berarti
kita menyadari dan merasakan cahaya kasih sayang dan keberadaan Allah dihati
kita. Hadirkan kesadaran itu dari pikiran, mata, mulut, tangan, tubuh dan kaki
kita sebagai sebuah aktifitas penyebar kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Coba rasakan apa yang terjadi pada tubuh kita disaat kita menebarkan Kasih
SayangNya. Melempar sebuah senyuman. Bertegur sapa dengan tetangga. Membezuk
teman yang sakit. Menghadiri acara pernikahan teman. Membantu seorang nenek
menyeberangkan jalan. rasanya seluruh tubuh kita dipenuhi dengan rasa hangat
dan nyaman. Metabolisme tubuh kita terasa bugar, hati terasa tenteram dan hidup
seolah berada ditaman bunga, penuh kebahagiaan.

Coba bayangkan bila hati kita dipenuhi dengan amarah, kebencian dan kedengkian.
Ketika hati penuh kebencian, amarah dan kedengkian senantiasa kita melihat
persoalan dengan sudut pandang negatif. Ibaratnya bila kita menggunakan
kacamata hitam apapun yang kita lihat semuanya terasa gelap sekalipun di ruang
yang terang benderang. Maka membuat hati kita menjadi sakit. hati yang sakit
selalu sesungguhnya hati yang gelap. Kegelapan yang menyelimuti hati karena
dikotori oleh hawa nafsu dan ego yang tiada henti. Padahal dalam hati
senantiasa hadir cahaya kasihNya yang memberi penerangan. Maka buanglah bencimu.

Hidup dengan penuh kasih sayang Allah adalah hidup yang terindah. Menyadari dan
merasakan Kasih-Nya. Dengan demikian menyadari dan merasakan Kasih Sayang-Nya
telah membuat hati kita menjadi tenteram sehingga muncul kelapangan dan rasa
optimis di dalam hidup kita bahkan kemudian kita melanjutkan Kasih SayangNya
yang kita rasakan dengan berbagi dan peduli terhadap penderitaan sesama. Itulah
yang membuat hati kita menjadi tenteram.








MAMPUKAH KITA MENANGIS MALAM INI?

Duhai malam perlahan semakin kelam, Ketika manusia tidur, air mataku
bercucuran, jiwaku dirundung kesedihan dan penderitaan. Hilanglah kebahagiaan
dalam kegelapan Air mataku bercucuran, teringat beban dosa-dosaku yang telah
mengabaikan rahmatMu..

Itulah yang diucapkan oleh Ali Bin Abi Thalib dalam kitab 'Arwa al Asrar', Ali
Bin Abi Thalib senantiasa menunaikan sholat malamnya bersama para sahabatnya di
Kufah. Saat itu beliau sebagai Amirul Mukminin, tatkala selesai sholat beliau
duduk meneteskan air mata, penuh isak tangis dan wajahnya diselimuti dengan
kesedihan, Orang-orang yang berada disekitarnya tidak beranjak sedikitpun
sampai tiba waktu sholat subuh hingga terbit matahari.

Selesai sholat, Ali menggelengkan kepala, dengan berderai air mata dan penuh
kesedihan sambil mengucap, 'Demi Allah, aku telah melihat Rasulullah, apa yang
aku lihat hari ini adalah sama halnya yang dilakukan oleh Rasulullah, disetiap
sholat malam dimatanya basah dengan linangan air mata dan terdapat bekas-bekas
tanda sujud kepada Allah sepanjang malam, Rasulullah senantiasa membaca
al-Quran, apabila mengingat Allah sampai condong tubuhnya seperti meliuknya
pohon dihembus angin. Rasulullah juga bercucuran air mata sehingga membasahi
pakaiannya.

Itulah tangisan orang yang sholeh berharap rahmat Allah bahkan dahsyatnya
tangisan itu mampu membuat tubuhnya tersungkur karena takut akan kehilangan
rahmat Allah pada dirinya. Begitulah hamba-hamba Allah yang mampu meneteskan
air mata penuh harap atas rahmatNya. AIr mata itu tidak akan menetes bila hati
kita mengeras.

Mampukah kita menangis malam ini?








MANFAAT LUAR BIASA DARI WUDLU


Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus
neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan
terhadap wudlu. Ia mengemukakan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling
peka yaitu sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut
sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menghubungkan hikmah
wudlu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan
merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat
Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan.

Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut,
maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat
sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama
menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Ulama Fikih juga menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya
untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh
dalam air wudlu, seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki
memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk
kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.

Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa
daerah-daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering
berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan
dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka.

Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali
berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang
dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang
didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke
mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan
yang dibasuh dalam wudlu ialah daerah yang paling riskan untuk
melakukan dosa.

Organ tubuh yang menjadi anggota wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah
[5]:6, adalah wajah, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki.
Dalam hadis riwayat Muslim juga dijelaskan bahwa, air wudlu mampu
mengalirkan dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh mata, penciuman,
pendengaran, tangan, dan kakinya, sehingga yang bersangkutan bersih
dari dosa.

Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena
dalam redaksi hadis itu dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai
tetesan terakhir dari air wudlu itu (ma�a akhir qathr al-ma�).

Wudlu dalam Islam masuk di dalam Bab al-Thaharah (penyucian rohani),
seperti halnya tayammum, syarth, dan mandi junub. Tidak disebutkan Bab
al-Nadhafah (pembersihan secara fisik). Rasulullah SAW selalu berusaha
mempertahankan keabsahan wudlunya.

Yang paling penting dari wudlu ialah kekuatan simboliknya, yakni
memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang �bersih� dan
sewaktu-waktu dapat menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti
mendirikan shalat, menyentuh atau membaca mushaf Alquran. Wudlu
sendiri akan memproteksi diri untuk menghindari apa yang secara
spiritual merusak citra wudlu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi
dengan wudlu.





READ MORE - TAUSIYAH

tombo resah



AKU PILIH ALLAH


Wahai ayahanda, kalau bukan karena surga, tentu aku
akan lebih mendahulukanmu (Sa�ad bin Khaitsumah)

Kata-kata itu terlontar dari seorang anak kepada ayahnya. Ungkapan itu
bukanlah bentuk ketidaksopanan anak terhadap orang tuanya. Itulah
ungkapan keimanan akan sebuah keyakinan terhadap sebuah pilihan yang
besar di sisi Allah.

Kemenangan besar selalu didahului oleh kemenangan-kemenangan kecil.
Dalam sejarah kemenangan kaum muslimin di medan pertempuran, terdapat
pernik-pernik kisah kemenangan yang dialami masing-masing individunya.
Kemenangan mengatasi hawa nafsu, ketakutan, kegamangan, kemenangan
menghadapi tekanan dan teror keluarga dan masyarakat, kemenangan dari
sisi moral, dan kemenangan menata hati menjadikan niat perjuangannya
hanya untuk mendapat karunia Allah. Bahkan kemenangan-kemenangan kecil
itu menjadi prasyarat bagi turunnya kemenangan besar.

Kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar, misalnya. Didahului oleh
kemenangan individunya dalam mengatasi diri dan hawa nafsunya sendiri.
Adanya tanafus (kompetisi) dalam mengejar kemenangan akhirat. Hingga
Allah, melalui para malaikat-Nya, terlibat langsung dalam pertempuran
besar itu. Dan tentu malaikat tidak akan turun kalau mereka (para
sahabat) tidak layak mendapatkan pertolongan itu. Sesungguhnya
kemenangan kecil inilah inti kemenangan.

Ada yang tercecer dari kisah sukses perang Badar. Di sebuah rumah di
Madinah terdapat dialog indah antara Khaitsumah bin Al-Harits dengan
anaknya, Sa�ad. Bertemakan tentang tantangan yang dihadapi Islam yang
berasal dari orang-orang jahiliyah dan Yahudi.

Tiba-tiba Khaitsumah menghentikan dialognya dan memasang kedua
telinganya untuk memperhatikan sayup-sayup suara dari kejauhan.
Sia-sia, kedua telinga rentanya tidak sanggup menangkap suara itu.
Serta-merta ia pun meminta putranya untuk mengendus berita dari suara
sayup itu. Untuk kemudian menyampaikannya kepada sang Bapak.

Sa�ad segera berhambur keluar merespon permintaan bapaknya. Dan tidak
lama setelah itu ia kembali dengan wajah berseri-seri menuju tempat
penyimpanan senjatanya. Pedangnya segera dikalungkan ke pundaknya dan
bersiap-siap keluar. Khaitsumah terbengong-bengong menyaksikan ulah
anaknya yang diperintahkan untuk mencari berita itu. Ternyata Sa�ad
lupa menyampaikan berita kepada ayahnya.

Khaitsumah bangkit dari duduknya dan menghadang jalan anaknya.

�Anakku, aku yang memerintahkanmu untuk mencari berita. Eh, tiba-tiba
kamu sekarang mengenakan senjata dan hendak pergi tanpa menyampaikan
kepadaku tentang apa sesungguhnya yang terjadi.�

Dengan merasa bersalah terhadap sikapnya Sa�ad berkata, �Maaf ayah,
seruan Rasulullah membuatku sibuk sendiri dan melupakanmu. Beliau
menyerukan kepada kita untuk berangkat perang. Aku pun segera
menyambut seruan beliau, ayahanda.�

Khaitsumah terdiam sejenak lalu berkata, �Sebentar, anakku. Apakah
menurutmu, kamu lebih layak untuk berangkat bersama Rasulullah
daripada diriku? Aku, demi Allah, sangat berhasrat untuk berangkat
bersama beliau ke medan tempur. Di samping itu, di rumah ini harus ada
orang laki-laki yang menjaga para wanita, ibu dan saudari-saudarimu.
Kamulah yang menjaga mereka, Sa�ad. Dan biarlah aku yang berangkat
bersama Rasulullah.�

�Tidak ayah. Tidak ada yang bisa membuatku duduk-duduk di sini tanpa
terlibat dalam pertempuran bersama Rasulullah. Kalau ayah ingin
keluar, berangkat saja. Ada Allah yang menjaga wanita-wanita di rumah
ini.�

Sang Ayah yang tua renta itu pun terus meminta kepada anaknya,
�Anakku, aku ini sudah tua. Sementara kamu masih banyak memiliki
kesempatan untuk berangkat bersama Rasulullah. Perang kali ini kiranya
bukan perang terakhir bersama Rasulullah. Utamakan aku dulu yang
pergi, Sa�ad. Dan kamu yang menjaga para wanita kita.�

Sa�ad diam sejenak lalu ia berkata kepada ayahnya, �Ayahanda. Tidak
ada keinginanku di dunia ini kecuali aku selalu mengutamakan engkau.
Kali ini tidak, ayahanda. Ini masalah surga. Demi Allah, kalau bukan
surga, tentu aku lebih mengutamakan engkau.�

Dialog pun berlangsung tanpa ada ujung pangkal. Panah-panah
argumentasi saling dilepaskan untuk mengalahkan yang lain. Namun
semuanya berseliweran tanpa menemui sasarannya. Lalu pada akhirnya
anak panah Sa�ad yang berhasil mengenai sasarannya dan Khaitsumah yang
mengalah. Sa�ad memeluk ayahnya dan mengucapkan selamat tinggal kepada
keluarganya.

Setelah itu hari-hari berlalu hampa tanpa kehadiran Sa�ad di rumah
Khaitsumah. Orang tua itu tak henti-hentinya berdoa untuk putranya
agar dikaruniai syahadah atau kemenangan.

Beberapa hari kemudian berita tentang kecamuk perang Badar tersebar di
mana-mana; kemenangan yang dicapai, harta rampasan perang, dan
orang-orang yang gugur sebagai syuhada. Di antaranya berita tentang
gugurnya Sa�ad putra Khaitsumah.

�Inna lillahi wa inna ilahai raji�un. Kamu membenarkan Allah, hai
Sa�ad, maka Allah pun membenarkanmu. Aku berharap kiranya kamu
mendapatkan surga.�

Kejujuran iman kepada Allah yang melahirkan pembenaran terhadap semua
janji-Nya. Tidak ada keraguan. Tidak hendak menunda mendapatkan janji
itu. Tidak boleh ada yang menghalangi mendapatkan janji itu. Meskipun
ayah sendiri yang selama ini ia telah banyak mengalah dalam urusan
dunia, sebagai bakti seorang anak kepada orang tuanya.

�Demi Allah, kalau bukan surga, tentu aku lebih mengutamakan engkau.�

Kejujuran iman melahirkan rasa rindu yang membuncah begitu kuat
terhadap surga. Ia menjadi energi besar yang dengannya seseorang dapat
mengatasi segala rintangan, sebesar apapun dan sedekat apapun.

Betapa perlunya kita menata hati dan menghadapkannya kepada Allah
semata. Saat kita beramal, berkata, bahkan diam. Janji-janji Allah
selalu terngiang di balik setiap amal hingga memacu laju dan
menguatkan tekad. Karena seorang mukmin selalu menjadikan kalkulasi
ukhrawi sebagai motivasi amalnya.

As-Shidqu ma�a Allah (jujur kepada Allah) senantiasa kita butuhkan
dalam menghadapi berbagai kondisi. Sifat ini yang membuat seorang
mukmin senantiasa komitmen terhadap janjinya kepada Allah. Di waktu
mudah dan lapang ia tidak terlena dengan berbagai kemudahan itu dan
meninggalkan jiddiyah dalam amal. Di waktu sempit dan susah, konflik
dan fitnah, ia juga tetap tegar di jalan Allah setia dengan
komitmennya untuk memberikan loyalitasnya kepada Allah, Rasul, dan
orang-orang beriman. Wallahu A�lam






COBAAN SEBAGAI PENDEWASAAN DIRI


'Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan hanya kepada Kamilah kamu kembali.'
(QS. al-Anbiyaa :35).

Di dalam hidup kita akan senantiasa melewati cobaan dan ujian yang akan menempa
mentalitas kita agar kita menjadi matang dan dewasa dari sebelumnya. Tempaan
itu dalam berbagai bentuk dan wujud sesuai dengan kadar dan kondisi
masing-masing diri kita.

Ketika kita dulu masih bayi senantiasa mendapatkan apa yang kita inginkan
kemudian disapih, bisa jalan sendiri dan bisa berpikir sendiri, mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Setiap perbuatan selalu
memiliki konsekwensi yang harus kita pertanggungjawaban. Itulah yang disebut
dengan kedewasaan diri. Kedewasaan ditentukan oleh kematangan emosial diri
kita namun lingkungan dimana kita berada juga mempengaruhinya. Semua yang kita
lihat, kita rasakan berpengaruh dalam penbentukan kedewasaan diri kita.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendewasaan diri kita adalah ujian,
cobaan, musibah, kesedihan dan penderitaan. Jika kita ditimpa dengan cobaan,
ujian, musibah, kesedihan dan penderitaan yang begitu berat akan mampu merubah
diri kita. Kita dihadapkan kepada beban yang begitu berat sanggup atau tidak,
suka atau tidak suka kita harus menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi.
Kita harus mampu memetik pelajaran dari setiap masalah yang hadir dalam hidup
kita. Kita belajar untuk menerima keadaan, belajar bersabar, belajar
menyelesaikan masalah yang menjadikan kita lebih dewasa dalam hidup ini.

Ketika kita menangis, bersedih, mengomel, menyalahkan keadaan itu bertanda kita
belum dewasa namun begitu kita mampu menyelesaikan setiap masalah yang kita
hadapi dengan baik maka kita semakin lebih dewasa. Jadi sambutanlah setiap
masalah, cobaan, penderitaan dengan penuh suka cita sebab telah hadir anugerah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mendewasakan diri kita. Sebagaimana Firman Allah,

'Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan juga kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.' (QS. ali-Imran : 186).








ZUHUDLAH DI DUNIA

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah
(yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang
setelahnya". HR. Bukhari, no. 2652, Muslim, no. 6635.

Berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas,
ada tiga kelompok yang merupakan sebaik-baik manusia, yang hidup sezaman dengan
Nabi saw yakni para sahabat, zaman setelahnya yakni tabi'in dan zaman
setelahnya lagi, yakni generasi tabi'ut tabi'in.

Mereka dipanggil sebagai Salafush Sholeh karena mereka sholeh, baik, berakhlak
baik, mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau
membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat
qayyum-Nya.

Mereka yakin bahwa Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang
mereka berikan untuk diri mereka sendiri.

Mereka adalah generasi terbaik yang berserah diri (Islam) kepada Allah.

Sehingga mereka mencapai tingkatan muslim yang terbaik yakni Ihsan, seolah-olah
mereka melihat-Nya walaupun mereka tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah
melihat mereka.

Sekarang kita yang jauh dari masa generasi terbaik itu, mulai timbullah sikap
"membela diri" yang sesungguhnya adalah memperturuti hawa nafsu.
Nah, memperturuti hawa nafsu inilah yang menghijab kita dari "seolah-olah kita
melihatNya"

Apa akibatnya bagi kita kaum muslim yang tidak lagi dapat atau terhijab dari
"seolah-olah kita melihatNya".

Sebagian dari kita berani membuka aurat, setengah bugil bahkan bugil di depan
kamera atau di depan orang lain.

Bahkan ada pula yang berani melakukan perbuatan zina di depan kamera atau di
depan orang lain.

Jelas sudah bahwa mereka memperturutkan hawa nafsu sehingga menghijabi dirinya
dari "seolah-olah melihatNya".

Sikap "membela diri" mereka adalah atas nama seni, hak asasi manusia atau hak
pribadi, kami lakukan atas kesukaan bukan paksaan, tidak mengganggu orang lain,
dan lain-lain alasan.

Begitu pula sebagian dari muslim yang mengkhawatirkan akan terjadi kemunduran
masyarakat Islam , terutama dari segi ekonomi dan urusan duniawi, dalam mereka
memahami sebuah hadits "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi
orang kafir" (HR Muslim).

Kekhawatirkan mereka sesungguhnya adalah sebuah bentuk sikap "membela diri"
karena pandangan mereka yang sebenarnya menjurus kepada materialisme dan mereka
terhijab dari "seolah-olah melihatNya".

Mereka memahami firman Allah yang artinya "Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua syurga" (QS ar Rahmaan: 24) dimana bagi mereka yang
dimaksud dua syurga adalah syurga dunia dan syurga akhirat.

Padahal Allah telah menggambari tentang dunia pada firmanNya, antara lain yang
artinya,

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS al Hadid : 20)

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui." (Al-Ankabut: 64)

Mereka membela diri, oleh karena mereka muslim maka mereka berhak atas
penghidupan yang baik di alam dunia dibandingkan orang kafir.

Mereka yakin bahwa mereka dicintai Allah sehingga mereka merasa wajar meraih
kehidupan ekonomi yang lebih baik bahkan kaya raya.

Padahal anjuran (sunnah) Rasulullah SAW agar kita dicintai Allah dan dicintai
manusia adalah sebagaimana sebuah hadits

Dari Abul Abbas ? Sahl bin Sa'ad As-Sa'idy ? radliyallahu `anhu, ia berkata:
Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan
berkata: "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku
beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia." Maka
Rasulullah menjawab: "Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu,
dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan
mencintaimu." (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).

Zuhud adalah tidak adanya ketergantungan dan terpusatnya perhatian terhadapnya.

Bersikap qanaah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap
`iffah dari perbuatan haram dan hati-hati atau bahkan menghindari terhadap
syubhat.

Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan
Allah merupakan hakekat zuhud.

Zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia, bererti menjauhkan diri dari merasa
iri hati terhadap apa yang dimiliki oleh manusia serta mengosongkan hati dari
mengingati harta milik orang..

? (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri. (QS Al-Hadiid :23)

Ibnu Mas'ud ra. melihat Rasulullah saw. tidur di atas kain tikar yang lusuh
sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata, "Wahai Rasulullah saw.,
bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur?" Maka Rasulullah saw. menjawab,
"Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang
mampir sejenak di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya." (HR
At-Tirmidzi)

Rasulullah saw. bersabda, "Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas
kalian, tetapi aku takut pada kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana
telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba
sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah
menghancurkan mereka." (Muttafaqun `alaihi)

Kehidupan zuhud ini dicontoh oleh para sahabatnya: Abu Bakar, Umar, Utsman bin
Affan, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah beberapa sahabat yang kaya raya,
tetapi tidak mengambil semua harta kekayaannya untuk diri sendiri dan
keluarganya. Sebagian besar harta mereka habis untuk dakwah, jihad, dan
menolong orang-orang beriman.

Mereka adalah tokoh pemimpin dunia yang dunia ada dalam genggamannya, namun
tidak tertipu oleh dunia. Bahkan, mereka lebih mementingkan kehidupan akhirat
dengan segala kenikmatannya. Abu Bakar berkata, "Ya Allah, jadikanlah dunia di
tangan kami, bukan di hati kami."

Suatu saat Ibnu Umar mendengar seseorang bertanya, "Dimana orang-orang yang
zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat?" Lalu Ibnu Umar menunjukkan kuburan
Rasulullah saw., Abu Bakar, dan Umar, seraya balik bertanya, "Bukankah kalian
bertanya tentang mereka?"

Abu Sulaiman berkata, "Utsman bin `Affan dan Abdurrahman bin Auf adalah dua
gudang harta dari sekian banyak gudang harta Allah yang ada di bumi. Keduanya
menginfakkan harta tersebut dalam rangka mentaati Allah, dan bersiap menuju
Allah dengan hati dan ilmunya."

Dengan demikian hanya orang yang berimanlah yang dapat memakmurkan bumi dan
memimpin dunia dengan baik, karena mereka tidak menghalalkan segala cara untuk
meraihnya.

Demikianlah cara umat Islam memimpin dunia, mulai dari Rasulullah saw.,
khulafaur rasyidin sampai pemimpin berikutnya.

Pemerintahan Islam berhasil menghadirkan keamanan, perdamaian, keadilan, dan
kesejahteraan. Perdaban dibangun atas dasar keimanan dan moral. Pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, salah satu pemimpin yang paling zuhud,
masyarakat merasakan ketentraman, kesejahteraan, dan keberkahan. Tidak ada lagi
orang yang miskin yang meminta-minta, karena kebutuhannya sudah tercukupi.

Dengan adanya sikap membela diri maka akan sulitlah mengamalkan sunnah Nabi
untuk berlaku Zuhud di dunia. Sikap membela diri sesungguhnya adalah
memperturutkan hawa nafsu sehingga menghijabi diri kita sehingga tidak mencapai
keadaan "seolah-olah melihatNya".

Sikap diri, akhlak, budi pekerti, moral, bertalian dengan hati, ikhlas,
khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha ,qanaah, tawakal, mengenal
diri, mengenal Allah (ma'rifatullaH) adalah perihal yang wajib kita pahami .

Untuk itulah kami menganggap penting dalam pendidikan agama untuk memperdalam
Akhlak sebagaimana yang kami sampaikan dalam tulisan pada



Pendidikan agama dengan akhlak , insyaallah akan menghasilkan muslim yang
mencapai tingkatan Ihsan yakni "seolah-olah melihatNya" , sehingga apa pun
perbuatan yang dilakukan di alam dunia ini selalu keadaan "seolah-olah
melihatNya" yang akan memotivasi untuk selalu mentaati perintahNya serta
menjauhi laranganNya.







SUDAH SAATNYA MENANGIS

Ketika pikiran buntu, asa patah, dunia gelap gulita seolah lorong gelap tanpa
ujung, apa lagi yang hendak kita lakukan di malam hari ini selain menangis
dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Marilah kita menangis dihadapan Allah! Tangisan mempunyai makna khusus karena
tangisan itu muncul dari rasa cinta dan takut kepada Allah atas azabNya
sehingga sepatutnya bagi kita merenungkan hal-hal yang sudah terjadi. Disetiap
bisikan, pandangan, tingkah laku yang terduga ataupun yang tak terduga,
Rasulullah selalu mengingatkan kita 'Seandainya kalian mengerti apa yang aku
ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis (HR. Muslim).
Lalu para sahabat Rasulullahpun menangis dengan menutupi wajah mereka karena
isak tangis mereka. Sepatutnya kita juga menangis dan menutupi wajah kita.

Oleh sebab itu, mari kita bergegas menuju mihrab tempat sholat, merendahkan
diri dihadapan Allah dengan menangis, memohon ampun atas segala dosa dan
kesalahan yang pernah kita lakukan. 'Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami,
tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus yaitu jalannya orang-orang yang Engkau
ridhoi bukan jalannya orang-orang yang Engkau sesatkan.'

Sudah saatnya kita menangis dihadapan Allah..








SENTUHAN KECIL

Kemaren siang saya mendapatkan email dari seorang teman yang curhat tentang
'sentuhan kecil' teman itu bertutur, bahwa dirinya sedang berkunjung ke rumah
teman kantornya, dia baru tahu kalo temannya itu memiliki saudara yang mengidap
sakit tumor di kepalanya selama lebih dari delapan tahun. Rambutnya sudah tidak
ada, kepalanya gundul, kulit tubuhnya putih pucat basi, suaranya lemah.

'Saya merasa bodoh Mas Agus, ternyata tumor itu telah menyerang syaraf
penglihatannya. Saya tidak segera menyadari bahwa sejak tadi sorot matanya
kosong.' tuturnya

Sampai pulang tidak bisa memberikan apapun yang berarti baginya. Tidak ada uang
yang berarti untuk bisa menanggung biaya pengobatannya. Perasaan bersalah terus
menghantui dirinya. Sampai tidak bisa tidur memikirkannya. Sampai kemudian
mendapatkan cara untuk berbuat sesuatu kepadanya yaitu sebuah sentuhan kecil.
Kemudian memberanikan diri untuk menelpon. Sebagai orang yang tidak dikenal,
dirinya menelpon sekedar 'say hello.'

Dia melakukan terus menerus, menelpon seminggu sekali. Membuat mereka berdua
menjadi dekat. Suaranya terdengar ceria, jauh berbeda ketika bertemu dengan
pertama kalinya. Suatu hari dirinya datang ke rumahnya. Mereka poto berdua
dalam posisi lebih dekat. teman sekantornya bisa menangkap moment mereka berdua
tersenyum. Bahkan moment tertawa menjadi terasa indah untuk dikenang.
kebahagiaan itu terasa mengalir diseluruh tubuhnya.

Terakhir menurut temannya sekantor itu mengatakan kepada dirinya ada
perkembangan positif pada diri saudaranya. Tubuhnya semakin sehat dan bugar,
wajahnya lebih cerah. Dengan kata lain sakitnya berkurang drastis, sekalipun
tumor itu masih tetap dikepala. Menurut dokter, tumor dikepalanya telah
menyusut mengecil. Kebahagiaan itu telah membuat kekebalan tubuhnya meningkat.
'Sentuhan kecil' telah memberikan keajaiban menyembuhkan tumor yang ada
dikepalanya.

Pesan kisah diatas adalah berikanlah sedikit sentuhan kecil yang membahagiakan
orang-orang yang sangat membutuhkan ternyata memberikan dampak yang sangat
besar pada orang lain. Kita yang selalu berbuat baik niscaya selalu merasa
bahagia, apapun yang menimpa diri kita. Orang-orang yang hebat percaya
kebahagiaan muncul ketika bisa menolong dan membantu sesamanya.

--
Barangsiapa melakukan amal kebaikan baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. an-Nahl : 97)






KETEDUHAN SUMBER KEBAHAGIAAN

Pada suatu hari ada seorang raja yang marah karena kakinya tertusuk duri
kemudian memerintahkan semua jalan ditutup dengan kulit binatang. Penasehatnya
menyampaikan pesan kepada raja.

'Berapa binatang yang harus dibunuh, paduka? Bukankah lebih arif bila kaki
paduka ditutupi dengan sepatu?'

Begitulah ketika seseorang sedang diselimuti dengan amarah, mau memusnahkan
semua yang membuat hatinya jengkel. Ia menutupi pikiran sehatnya dan
melampiaskan amarah. Pesan indah patutlah kita simak, 'When there's no anger,
there's no enemy.' 'Bila marahnya hilang, musuhnya hilang.' Inilah ciri manusia
yang sudah memiliki keteduhan dalam hidupnya.

Bila kita sudah mampu membebaskan diri dari kekotoran batin seperti
keserakahan, kebodohan dan kemarahan maka yang ada keteduhan bagi dirinya dan
orang lain. Hal itu ditandai dengan 'lapar' untuk senantiasa berbuat baik.
Keteduhan itu hadir ketika kita mampu berhenti untuk mementingkan diri sendiri
seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompong diri keakuan, terbang bebas
menjadi sosok yang indah dan menawan, hidup dengan penuh kebahagiaan.

--
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh dengan tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allahlah kesudahan segala urusan ( QS. Luqman : 22).







TUJUAN KITA BERDOA

Tujuan kita berdoa adalah mengikhlaskan apapun yang sudah menjadi kehendak atau
ketetapan Allah. Apapun masalah yang kita hadapi hendaknya benar-benar
menyandarkan diri kepada Allah sebagai penolong dan pelindung yang
sebaik-baiknya. Apapun yang menjadi kehendakNya dan ketetapanNya itulah yang
terbaik untuk kita.

'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya
pelindung.' (QS. al-Anbiya : 88).

Dengan berdoa memohon kepada Allah akan membebaskan diri kita dari perasaan
takut akan masalah maupun ketakutan itu sendiri. Sebagaimana Firman Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.

'Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah. Mereka
tidak mendapat bencana apapun. Mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (QS. ali- Imran : 173).

Lantas apa kuncinya sebuah doa dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala?
Kuncinya terletak pada diri kita sendiri. Apakah kita termasuk orang-orang yang
bertaqwa kepada Allah sehingga doa kita layak untuk dikabulkan atau tidak?
Bagaimana dengan perbuatan kita sehari-hari? apakah memudahkan doa kita
dikabulkan ataukah malah menjadi penghalang doa kita untuk dikabulkan?

'Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan
barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. (QS
ath- Thalaq : 2-3).







MEDAN PERJUANGAN

Jika kita mengalami tekanan hingga kebatas kesanggupan. Jika kita merasa
kehampaan dalam hidup kita dan kita merasa hidup tidak membawa perubahan apapun
maka seringkali hati kita menjadi resah, gelisah dan putus asa. Sikap seperti
ini kita menjadi kehilangan gairah hidup, tidak lagi semangat bekerja. Tidak
semangat lagi untuk beribadah seolah hidup kita menjadi sempit, dunia penuh
sesak dengan masalah dan kesulitan.

'Manusia tidak jemu memohon kebaikan dan jika mereka ditimpa malapetaka dia
menjadi putus asa dan putus harapan (QS. Fushilat : 49).

Putus asa dan putus harapan adalah sebuah tindakan yang palig buruk sebab akan
membawa kita kepada hal-hal yang lebih buruk. Perasaan diselimuti buruk sangka,
lemah untuk berusaha dan menjadi ingkar terhadap semua nikmat yang justru
merugikan diri kita sendiri.

Hidup ini adalah medan perjuangan. Putus asa dan putus harapan berarti kalah.
Setiap mukmin harus memenangkan disetiap medan perjuangan. Setiap orang yang
beriman kepada Allah yakin adanya hari akhir, dimana ada kehidupan yang abadi.
Setiap kemenangan seorang mukmin akan menempatkan diri nya ditempat yang mulia
dan terhormat.

Itulah sebabnya semua musibah, segala kesedihan dan malapetaka itu sebenarnya
hanyalah cara Allah menguji iman kita di dunia ini. Apakah kita bisa
memenangkan dimedan perjuangan ini sebagai orang yang terhormat dan mulia?
ataukah kita menjadi kalah dan tersingkir? Semua itu adalah pilihan hidup kita.
Bagi seorang mukmin menang dimedan perjuangan menjadikan kita terhormat dan
mulia di dunia dan akherat kelak.

'Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh, sesungguhnya
akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal didalamnya. Itulah
sebaik-baiknya pembalasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu yang
bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya.' (QS. al-Ankabuut : 58 -59).







MENGUBAH DUNIA

Ada sorang lelaki tua, terbaring tidur tak berdaya melamunkan masa mudanya
dalam kesendirian. Ditengah ketidakberdayaannya ia berbincang dengan dirinya
sendiri. Dalam kesendiriannya banyaklah yang direnungkan. Hatinya berkata.

'Ketika aku menjadi seorang pemuda, aku bermimpi ingin merubah dunia. Seiring
dengan waktu, usiaku kian bertambah. Dunia tidak berubah. Dunia tidak kunjung
berubah. Maka impianku persempit untuk mengubah negeri ini. Namun impian itu
juga tidak berhasil. Negeri ini juga tidak berubah.'

'Ketika usiaku sudah memasuki waktu senja. Dengan semangatku yang masih
menggebu. Lalu aku memimpikan untuk bisa mengubah keluargaku. Orang-orang yang
ku cintai. Orang-orang yang ada disekelilingku. Tetapi mereka juga tidak mampu
aku merubahnya.'

Kini disaat terbaring lemah tidak berdaya. Air matanya mengalir tak terasa.
Baju basah dengan air mata. Lelaki tua bergumam lirih pada dirinya sendiri.

'Bila waktu masa muda itu aku mengubah diriku sendiri. Maka aku akan menjadi
panutan. maka aku bisa mengubah keluargaku. Memberikan inspirasi dan mendorong
orang-orang disekelilingku untuk melakukan kebaikan. Dari mereka menanam dan
menebarkan kebaikan, cinta dan kasih sayang sehingga mampu memperbaiki negeri
ini. Tanpa disadari aku telah mengubah dunia.

Pesan Diatas bahwa kita tidak akan mampu mengubah dunia bila kita tidak mampu
mengubah diri kita sendiri. Mulailah dengan melakukan kebaikan yang paling
mudah seperti bertegur sapa, menebarkan senyum untuk pasangan hidup kita,
membantu orang tua yang hendak menyeberang jalan atau sekedar bertanya
bagaimana kabar dan duduk berbincang walau sebentar adalah wujud empati kita.
Maka kebaikan itu menjadi virus yang menyebar kemana-mana. Pada saat itulah
sebenarnya kita telah mampu mengubah dunia.

--
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapatkan kemenangan (QS, an-Naba'
:31).









HENTIKAN KEBOHONGAN

pembohong pun tidak mau dibohongi. Ya, setiap kita mengingkan diberikan
informasi yang benar, yang nyata & faktual. Walau memang, kadang
tidak siap menerima �kepahitan� berkata benar, nyata, apa adanya dan
faktual. Tetapi, tetaplah katakan yang benar walaupun pahit, kecut dan
tidak enak. Sebab, berkompromi dengan
perkataan bohong, kamuflase dan samar-samar akan membawa pada kebohongan
yang lebih besar. Menjadi pembohong, pendusta. Dus, yang lebih
berbahaya kebohongan berubah dalam pandangannya sebagai kebenaran yang
harus diterima setiap orang. Sehingga, boleh jadi keluar pernyataan, ��
tidak mungkin untuk tidak korupsi �, mustahil hidup bersih � dan
ucapan-ucapan pembenaran yang dianggap �kebenaran� semacamnya. Naudzubillah. Ketika hawa nafsu memimpin, maka mulutpun menjadi tentara nafsu untuk melakukan retorika, pembenaran.

Saudaraku, jauh panggang dari api, beda antara kebenaran dan kebohongan. Apa sebab? Karena, Kebenaran bersumber dari Allah, sedangkan pembenaran bersumber dari hati yang sakit. Allah berfirman tentang kebenaran:

147. kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang ragu. (al-Baqarah: 147)

Sementara tentang kebohongan, Allah berfirman:

10. dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

11. dan bila dikatakan kepada mereka: �Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi�. mereka menjawab: �Sesungguhnya Kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.� (al-Baqarah: 10-11)

Kebenaran menenteramkan hati, sementara kebohongan hanyalah membuat hati guncang dan ragu.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits diriwayatkan dari Wabishoh bin Ma�bad:

�Engkau bertanya kepadaku tentang kebaikan dan dosa.� Wabishoh menjawab, �Iya wahai Rasulullah.� Lalu Rasulullah mengumpulkan tiga jarinya dan menusukkannya ke dada Wabishoh, dan bersabda, � Wahai Wabishoh, tanyalah hatimu. Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan jiwamu tenteram. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di hatimu dan mengguncang dadamu, meskipun orang-orang sudah memberimu jawaban. (HR Ahmad juz 37 hal. 438 no. 17315)

Kebenaran bertahan lama, sementara kebohongan cepat atau lambat akan tersingkap kepalsuannya.

17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (ar-Ra�du: 17)

Kebenaran melahirkan kebaikan, sedangkan kebohongan melahirkan kerusakan.

Tentang akibat masyarakat yang menegakkan kebenaran Allah berfirman,

96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-A�raf: 96)

Tentang masyarakat yang didominasi oleh dosa Allah berfirman,

41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(ar-Rum: 41)

Kebenaran terkadang kurang populer, sedangkan kebohongan selalu mengandalkan popularitas & pencitraan.

Allah berfirman:

116. dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga. (al-An�am: 116)

Sedangkan tentang orang-orang munafiq Allah menceritakan bagaimana mereka memakai sumpah palsu untuk mendapatkan popularitas dan pencitraan, Allah berfirman,

62. mereka (orang-orang munafiq) bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin. (at-Taubah: 62)

Allah juga berfirman

204. dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204)

Kebenaran adalah sesuatu yang diperjuangkan orang beriman, sementara kebohongan adalah hal selalu dipakai oleh orang munafik.

Nabi Syu�aib a.s. mengatakan

�Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.� (Hud: 88)

Nabi Syu�aib ketika mengatakan kebaikan, dia dalam posisi memperjuangkan kebenaran yang kadang tidak mendatangkan keuntungan untuknya.

Sedangkan pengguna topeng pembenaran menggunakan retorika untuk membela kepentingan dan mempertahankan zona amannya.

62. Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: �Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna�.

63. mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasehat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (an-Nisa�: 62-63)

Pencari kebenaran selalu mengevaluasi dirinya, sedangkan pelaku kebohongan terus menerus menutupi cacat dan kepalsuannya.

Rasulullah bersabda,

�Orang yang pandai adalah yang mengekang jiwanya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang lemah adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan terhadap Allah. (HR at-Turmudzi dan Ibnu Majah)

Kebenaran terkadang pahit dan tidak sesuai dengan hawa nafsu sedangkan kebohongan adalah bentengnya hawa nafsu.

Rasulullah SAW bersabda,

�Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat.� (HR al-Bukhari dan Muslim)

Kebenaranlah yang pada akhirnya bermanfaat di akhirat, sedangkan kebohongan hanya akan mempersulit hisab seseorang juga kehidupan.

13. pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.

14. bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,

15. meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya. (al-Qiyamah: 13-15)

Saudaraku yang dirahmati Allah, lihat pula Tafsir Fi Zhilaalil Qur�an, Sayyid Qutb juga buku-buku lain tentang karakter kaum munafik sehingga kita terhindar dari kesesatan dan waspada terhadap tipu dayanya.

Jadikanlah setiap kejadian, peristiwa disekeliling kita mematangkan keimanan kita, menjadi lebih arif dan bijak.

Ya Allah teguhkanlah kami dalam memeluk agama-Mu dan menaati-Mu dan jadikanlah kami dari kalangan kaum mukmin yang tidak bertentangan antara lahir dan batin kami. Kepada-Mulah kembalinya segala urusan. Anugerahkan kepada kami petunjuk dan kekuatan untuk mengetahui dan mengikuti kebenaran di mana pun dan kapan pun. Amiin.

Kebenaran datangnya dari Allah dan janganlah kita termasuk orang-orang yang meragukannya. Wallahu�alam bishshowaab.





READ MORE - tombo resah